Rudi Timisela: Politik Adalah Jalan Suci

MANOKWARI, Papuakita.com – Menjadi seorang wakil rakyat berarti siap untuk menerima mandat, memperjuangkan suara rakyat di parlemen. “Suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei). Demikian, Rudi Frans Mozes Timisela, anggota DPR Papua Barat (DPRPB) dalam memaknai pekerjaannya sebagai wakil rakyat.

“Pandangan saya sebagai seorang politisi yang dibesarkan di lingkungan keluarga Kristen, saya harus akui dengan sungguh juga bahwa menjadi bagian dari pemerintah yang bertugas di DPR (Papua Barat) adalah menjadi wakil Allah di bumi. Ini amanat,” tutur Rudi, Sabtu (20/10/2018).

Rudi memaknai pekerjaan di dunia politik sebagai sebuah jalan suci untuk menciptakan wakil-wakil Allah. Ia memang dikenal kritis dan cukup idealis. Pria kelahiran Jayapura, 24 Agustus 1977 silam ini mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Papua Barat khususnya di daerah pemilihan 1 (Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak) pada pemilu legislatif 2014 lalu.

“Dinamika yang terjadi di parlemen adalah, kolaborasi antara idealisme dan realitas. Kondisi ini mengerucutkan aspirasi yang realistis yang harus diperjuangkan. Bagaimana mengawinkan antara idealisme dengan realitas di lembaga parlemen merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Butuh perjuangan. Idealis yang realistis mungkin menjadi sikap yang tepat untuk berada dalam lingkungan yang seperti itu,” ujar Rudi yang juga menjabat Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Papua Barat (2016-2021).

Rudi bukan ‘pemain baru’ di dunia politik. Periodesasi 2009-20014, ia menjadi anggota DPRD Kabupaten Manokwari. Menurtunya, situasi di parlemen dengan begitu banyak kepentingan serta banyak pula keterbatasan dalam sehingga menciptakan ruang dinamis untuk memperjuangkan keinginan dan harapan masyarakat.

“Saya yakin, rakyat masih menaruh kepercayaan dan harapan kepada para wakilnya di parlemen. Kuncinya adalah, tetap berkomunikasikan dengan rakyat. Atau tetap berada di dalam aras perjuangan rakyat,”tandasnya.

Di DPR Papua Barat, Rudi berada pada Komisi A – membidangi pemerintahan, bahkan masuk sebagai anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda). Diakuinya, masuk dalam komisi pemerintahan ini murni atas keinginannya sendiri. Bukan karena tekanan politik di internal partai atau parelemen.

“Ini kesadaran saya untuk mendorong sejumlah regulasi. Diharapkan sejumlah regulasi itu bisa diwujudnyatakan untuk mendukung pembangunan yang pro terhadap rakyat di daerah ini,” kata suami Rien Alice Ayal.

Dia menjelaskan, kondisi dalam sistim demokrasi Indonesia – yang baru menuju kemapanannya terdapat ruang-ruang pragmatis dan ruang idealisme – disinilah rakyat sulit memisahkannya. Menurut ayah tiga anak ini, menjadi anggota DPR harus menjadi manusia setengah malaikat.

Harus bisa mengesampingkan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang banyak. Prinsip seorang Rudi Timisela adalah seorang politisi harus mengedepankan idealisme untuk memperjuangkan kepentingan orang banyak ketimbangan memperjuangkan kepentingan diri sendiri.

Rudi dikenal dengan pergaulannya yang lues membuat ia mudah diterima oleh berbagai kalangan. Sejuta ide dan gagasan selalu dikemukakan dalam diskusi-diskusi. Kemampuan itu ditunjukan dalam perebutan kursi 1 DPD Partai Golkar Provinsi Papua Barat yang digelar di Kota Sorong. Rudi mengalahkan para senioarnya sekaligus merubah pargadigma di internal golkar. Kini partai berlambang pohon beringin itu dinahkodai kader muda berusia 41 tahun.

“Politik bukan ruang untuk sesuatu yang harus dicoba-coba tetapi harus dijalani sebagai suatu panggilan hidup bagi orang-orang yang merindukan suatu perubahan bagi kesejahteraan rakyat dimanapun ia berada. Politik bukan parlente (tipu) tetapi satu-satunya jalan untuk menjadi pemimpin di eksekutif dan legislatif. Pesan saya bagi politisi khusunya kader-kader muda yang ingin masuk berjuang di dalam parlemen adalah memahami orientasi serta kehadiran di parlemen,” ucap Rudi.

Seiring dengan bertambahnya usia partai golkar ke-54 pada 20 Oktober 2018, Rudi mengajak

kepada semua kader dan simpatisan partai golkar se – Papua Barat dan juga di seluruh Indonesia menjadikan momentum ini sebagai tahun ibadah.

“Pada setiap pertemuan internal, saya sampaikan bahwa politik adalah jalan suci untuk menciptakan wakil Allah, maka politik adalah ibadah kita bersama. karenanya jadikanlah tanggal 20 oktober 2018 sebagai momentum dimulainya ibadah kita bersama merebut hati rakyat dan mempersiapkan serta menciptakan wakil-wakil Allah di parlemen yang akan melayani rakyat dengan mengandalkan Tuhan,” ucap Rudi.

Kata Rudi, dengan prinsip 4-SK kepada rakyat ( sembayang, senyum, sapa, sayang ) yang dilaksanakan dengan ( kejujuran, komitmen, konsisten, dan ketulusan hati ). Yakinlah bisa mendapatkan simpati masyarakat.

“Jika semua kader lakukan ini dengan baik maka yakinlah kita sedang menjadikan politik sebagai ibadah. Karena politik adalah etika melayani dan mencari wakil-wakil terbaik atas ijin Tuhan. Selamat beribadah di tahun politik, Tuhan memberkati kita semua demi kejayaan partai golkar. Bersama Tuhan dan rakyat kita raih kemenangan pemilu 2019,” tutup Rudi. (RBM/R1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Sesuatu yg tidak biasa dlm perpolitikan nasional, seorang muda berdiri di depan kemudian diikuti oleh yg senior mengarungi samudra demokrasi tanah air. Sukses buat Rudi Timisila sebagai DPD 1 Papua Barat God bless