MANOKWARI, Papuakita.com – Abrasi pantai di Pulau Yellu, Distrik Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat semakin parah. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mengancam keberadaan pulau yang dihuni sebanyak 400 Kepala Keluarga (KK).
“Abrasi pantai bisa mengakibatkan pulau Yellu hilang. Saat musim angin dan gelombang kondisi di sana benar-benar membuat masyarkat khawatir,” kata Anggota DPR Papua Barat, Abraham Goram Gaman, Jumat (27/7/2018).
Kata Bram – sapaan Abraham Goram Gaman, kondisi itu diketahui saat dirinya melakukan reses ke daerah tersebut beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, perlu segera disikapi oleh pemerintah kabupaten Raja Ampat dan pemprov. Sebab, abrasi pantai juga mengancam warga di Kampung Lilintah dan Kampung Harapan Jaya, Distrik Misool Utara.
“Harus ada pemasangan kubus benton atau pemecah ombak (breakwater) sepanjang 600-700 meter di bibir pantai. Ancaman itu sudah di depan mata. Pada 2014, kejadian empat rumah milik masyarakat setempat hanyut ke laut karena terhempas gelombang dan angin kencang,” ungkap Bram.
Menurut Bram, pulau Yellu menjadi sentral pertumbuhan ekonomi – menjadi akses masyarakat dari kampung-kampung di Distrik Misool Selatan dalam memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga perlu dibangun infrastruktur yang layak untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Selain menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, Pulau Yellu juga menjadi basis pengembangan mutiara yang dikelola oleh salah satu perusahaan. Sayangnya, di daerah ini belum ada dermaga.
“Belum ada dermaga yang representatif juga perlu ada kapal cepat yang menyinggahi daerah ini. Di Kampung Aduwei akses transportasi minim, harus ada dermaga dan pembangunan jalan penghubung dari kampung Aduwei menuju ke Waigama. Jika jalan ini tidak ada, maka akses transportasi sangat bergantung pada faktor cuaca, cuaca sangat berpengaruh,” ujarnya.
Tak ada akses komunikasi
Permasalahan lain yang dihadapi masyarakat di Distrik Misool Utara tepatnya di Kampung Aduwei adalah layanan komunikasi. Sebab, tak ada akses komunikasi, baik jaringan radio maupun jaringan telepon seluler.
“Masyarakat kampung kalau mau berkomunikasi harus menempuh perjalan laut selama 4 jam menuju ke pulau Yellu, mereka disana baru bisa telepon. Kalau keadaan genting, orang sakit atau harus dirujuk ke luar, maka peluangnya tipis,” ujar Bram lagi.
Bram menambahkan, dalam reses tersebut masalah klasik, seperti pembangunan infrastruktur dasar, ketersediaan tenaga guru dan tenaga medis di wilayah tersebut mendominasi aspirasi yang disampaikan masyarakat.
“Diperlukan infrastruktur transportasi antara pulau Misool dengan pulau-pulau disekitarnya. Kalau jalur Misool-Sorong sudah baik. Perlu juga dibangun dermaga kapal atau speed boat di sejumlah kampung dan pulau di daerah tersebut,” kata Bram. (RBM/R1)