MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Pulau Mansinam kembali menjadi pusat perhatian dunia wisata bahari dengan kedatangan kapal pesiar MV. Coral Geographer.
Kapal pesiar tersebut menyambangi pulau bersejarah ini, dengan membawa sebanyak 82 wisatawan dari berbagai negara, Ahad (9/2/2025).
Kedatangan rombongan wisatawan manca negara pun disambut dengan ritual adat Mansorandak sebagai bentuk penghormatan khas Papua.
Sorak kegembiraan dan hentakan kaki para penari memenuhi udara saat wisatawan diajak menikmati tari-tarian tradisional Suku Doreri dan Arfak.
Keindahan ragam budaya Papua semakin terasa ketika beberapa wisatawan dengan penuh antusias ikut menari tumbu tanah, sebuah tarian khas Arfak yang mengundang interaksi langsung antara penari dan tamu.
Di pulau Mansinam, wisatawan melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi berbagai situs bersejarah dan museum budaya yang menyimpan jejak panjang pulau Mansinam dalam perjalanan spiritual dan kolonial Papua.
Salah satu titik yang paling menarik perhatian adalah Patung Kristus Raja, ikon religius yang berdiri megah dan menjadi daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke pulau ini.
Menjelang sore hari, sebelum kembali ke kapal, wisatawan disuguhkan suasana perpisahan yang penuh kesan. Warga dan tim pemandu wisata turut mengantar mereka, menciptakan momen kebersamaan yang meninggalkan kenangan mendalam.
Peluang besar bagi Mansinam
Kunjungan MV. Coral Geographer bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi juga menghadirkan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat setempat.
Total pengeluaran wisatawan mencapai Rp 24.195.000. ini terdiri atas atraksi wisata dan layanan pemandu wisata Rp17.250.000, Rp6.945.000 dari hasil penjualan souvenir oleh perajin lokal.
Ketua DPD HPI Papua Barat, Matias Rumbruren, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam menyukseskan kunjungan ini. Ia menekankan pentingnya promosi yang lebih masif untuk menarik lebih banyak kunjungan kapal pesiar ke pulau Mansinam.
Akademisi pariwisata Universitas Papua, Yansen Saragih, mengungkapkan, beberapa catatan penting yang harus diperhatikan demi pengembangan pariwisata yang lebih baik.
Di antaranya, kebersihan masih jadi tantangan. Ini senada dengan beberapa wisatawan menyampaikan keluhan terkait kebersihan, terutama banyaknya sampah plastik di beberapa area wisata.
Victor, salah satu wisatawan, menyatakan keprihatinannya terhadap hal ini. Pengelolaan sampah menjadi pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan.
Souvenir perlu disesuaikan dengan pasar global. Banyak wisatawan menolak membeli produk berbahan kerang, kulit, atau bagian tubuh hewan karena dilarang di negara asal mereka.
Menurut Yansen, para pengrajin perlu lebih memahami preferensi pasar dan memproduksi souvenir yang sesuai dengan regulasi wisatawan internasional.
Maksimalkan potensi ekonomi
Yansen menegaskan, potensi ekonomi disektor ini harus dioptimalkan. Dengan total pendapatan Rp24.195.000 hanya dari satu kunjungan, pulau Mansinam memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri wisata kapal pesiar.
“Jika promosi ditingkatkan dan kerja sama dengan operator tur diperluas, jumlah kunjungan dapat meningkat secara berkala, mendongkrak pendapatan masyarakat dan daerah,” ungkapnya.
Peran aktif masyarakat lokal menjadi kunci. Masyarakat setempat perlu didorong untuk lebih aktif dalam menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan wisatawan.
Dengan rasa memiliki yang lebih tinggi terhadap sektor wisata, mereka akan turut menjaga kualitas destinasi dan menciptakan pengalaman wisata yang lebih baik bagi pengunjung.
Pulau Mansinam menuju destinasi unggulan di Peta Pariwisata Dunia. Kunjungan MV. Coral Geographer kali ini menjadi pengingat bahwa pulau Mansinam memiliki daya tarik besar bagi wisatawan mancanegara.
Meski demikian, tantangan masih ada dan perlu segera diatasi agar destinasi ini semakin berkembang.
“Dengan promosi yang lebih gencar, perbaikan fasilitas, serta keterlibatan aktif masyarakat, Pulau Mansinam dapat menjelma menjadi destinasi unggulan di Papua Barat dan Indonesia Timur,” tutup Yansen.