MANOKWARI, Papuakita.com – Produk olahan teh mangrove dan tepung sagu dari Kabupaten Mimika, Papua hadir meraimaikan Pameran dan Festival Budaya Papua Barat ke VI yang dirangkai dengan Konferensi Internasional Keanekaragaman Hayati, Ekowisata dan Ekonomi Kreatif (ICBE) 2018 ,yang digelar di halaman Kantor Gubernur Papua Barat, (7-10 Oktober 2018).
Produk olahan lokal masyarakat kabupaten Mimika itu difasilitasi USAID Lestari. USAID Lestari melakukan pendampingan bagi masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal yang memiliki nilai ekonomis. Mereka tergabung dalam satu stan pameran dengan Pemerintah Provinsi Papua.
Communication and Advocacy Specialiast USAID Lestari, Rini Sulistyawati menjelaskan, produk teh mangrove diolah oleh masyarakat Kampung Pigapu, Distrik Mimika Timur. Sedangkan tepung sagu diolah oleh masyarakat Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru.
“Produk sagu dan teh mangrove merupakan hasil olahan dari tangan-tangan mama-mama papua di Mimika yang tergabung dalam Kelompok Sekolah Lapang asuhan USAID Lestari,” kata Rini di sela memperkenalkan dua produk olahan tersebut kepada pengunjung, Rabu (9/10/2018).
Selain itu, lanjut Rini, limbah hasil olahan tepung sagu diolah kembali untuk dimanfaatkan menjadi briket dan juga pupuk organik. Ia mengatakan, proses itu dalam rangka mengajarkan kepada masyarakat tentang aspek pelestarian lingkungan melalui produk yang ramah lingkungan.
“Keunggulan teh mangrove, selain rasanya yang nikmat juga dipercaya berkhasiat membantu penyembuhan berbagai penyakit, seperti batuk, peradangan, cacingan, gondok dan penyakit kulit,” ucapnya mempromosikan.
Menurut Rini, meski belum diproduksi secara massal, masyarakat lokal di Mimika memproduksi teh mangrove dalam jumlah yang terbatas, untuk dikonsumsi pribadi dan keluarga. “Mereka telah merasakan maanfaatnya untuk kesehatan,” ujar dia.
Rini berharap dengan keikutsertaan dalam event seperti ICBE 2018 ini pihak-pihak terkait, seperti Dinas UKM dan Ekonomi Kreatif bisa membantu kelompok-kelompok ini dalam hal pengemasan dan pemasaran produk olahan dimaksud.
Dia mengungkapkan, pengunjung cukup antusias mendatangi stan pameran, namun dia menyayangkan kunjungan kali ini tidak sebanyak di event ICBE Jayapura 2016. Rini berharap, kedepannya penyelenggaraan pameran yang bersifat publik bisa memilih tempat yang strategis atau mudah dijangkau oleh masyarakat luas.
“Ini mungkin menjadi salah satu catatan, karena lokasi penyelenggaraan pameran ini agak jauh dan tidak strategis untuk diakses publik, paling banyak yang datang hanya dari peserta konferensi atau pegawai-pegawai,” ujar Rini. (EFN/R1)