Pemkab Manokwari Belum Bisa Operasikan Alat PCR

MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Manokwari Aljabar Makatita mengaku, alat PCR (Polymerase Chain Reaction) atau alat tes swab Covid-19 telah dimiliki oleh pemerintah kabupaten (Pemkab). Kendati demikian, alat PCR dimaksud hingga kini belum bisa dioperasikan dalam pencegahan dan penanganan Covid-19.

“PCR sudah ada, sudah datang. Hanya kita punya petugas teknisi yang belum ada. Kita berharap teknisi bisa melatih tenaga analis di Manokwari sehingga tidak perlu menunggu lagi untuk mengirimkan sampel (swab) ke Makassar,” jelas Makatita, Selasa (26/5/2020).

Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Manokwari Aljabar Makatita. Foto : ARF

Pemkab Manokwari agaknya menghadapi kesulitan mendatangkan teknisi yang bisa mengoperasikan alat PCR dimaksud dari luar daerah. Kesulitan itu berkaitan dengan akses transportasi terutama jalur udara, untuk penumpang umum hingga kini belum dibuka. Demikian juga jalur laut.

“Tidak ada pesawat komersial yang masuk sementara pesawat cargo yang ada tidak bisa mengangkut penumpang,” ujarnya.

Menurut Makatita, pemkab telah menyurati gubernur Papua Barat dalam rangka meminta fasilitasi mendapatkan dukungan Kodam XVIII Kasuari dalam hal akses transportasi udara.

“Kalau ada pesawat TNI, teknisi ini bisa diikutsertakan,” ujar Makatita lagi.

Makatita menambahkan, pemkab melalui satgas berupaya melakukan pemeriksaan Covid-19 secara massal saat alat PCR terpasang dan beroperasi. “Kalau PCR sudah terpasang kita bisa melakukan nanti pemeriksaan yang cukup besar,” tutupnya.

Pengadaan alat PCR ini sempat menjadi perhatian DPRD saat berlangsung rapat dengar pendapat dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) pada 19 Mei lalu. Saat itu, TAPD dihadiri oleh kepala Bappeda, kepala BPKAD, dan kepala bagian pengadaan barang dan jasa setda kabupaten Manokwari.

Kepala Bappeda, Tajuddin mengatakan, alat PCR sudah tiba di Manokwari. Tetapi ada dua masalah yang dihadapi terkait pengoperasian alat dimaksud.

Lihat juga  Pansus DPRD Manokwari imbau refocusing anggaran BTT Covid-19 fokuskan kesehatan

Pertama, karena tim teknis belum tiba di Manokwari. Kedua, alat untuk mencampur sampel belum tercover dalam penganggaran.

“Alat untuk mencampur sampel ini yang belum sempat terpikir. Alat mencampur sampel ini berfungsi melindungi tim medis. Harga per unit paling standar Rp60 juta. Itu belum termuat di penganggaran,” ujarnya. (ARF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *