MANOKWARI, Papuakita.com – Menjaga kebersihan Laut Teluk Sawaibu tidak sebatas denga aksi bersih-bersih. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Komunitas Anak Air Manokwari (KAAM) adalah melalui wisata edukasi bahaya acaman sampah laut. Sejak setahun terakhir, KAAM fokus pada masalah kebersihan laut Teluk Sawaibu.
Ketua KAAM, Yan Agus Rumbewas mengatakan, wisata edukasi meliputi kegiatan keliling Teluk Sawaibu menggunakan perahu kataraman, snorkling, dan diving. Perahu kataraman yang digunakan ini hasil modifikasi sendiri.
“Di malam hari, kita tawarkan wisata malam keliling Teluk Sawaibu menggunakan katamaran. KAAM buka servis paket snorkling di sekitar ref imoni 1 dan 2 atau ref antara Pulau Masinam dengan Manokwari, Ini tidak menutup kemungkinan di titik yang diminta oleh pengunjung juga bisa. Paket diving dan pengenalan alat-alat selam, service boat, katamaran, long boat, dan speed boat juga ada,” kata Yan Agus, Sabtu (21/7/2018).
Untuk bisa menikmati paket wisata yang ditawarkan, menurut Yan Agus masih berlaku tarif dengan harga promosi. Dimana, untuk wisata keliling dikenakan tarif Rp20 ribu perorang, tetapi ada juga tarif paket Rp.200 ribu untuk 30 menit keliling Teluk Sawaibu. ”Agustus ini kita baru pasang tarif. Malam harinya, ada kedai kopi dan menu-menu ringan yang juga bisa dinikmati saat berekreasi di pantai BLK,” ujarnya.
Markas KAAM berada di kawasan pantai yang satu lokasi dengan Balai Latihan Kehutanan (BLK) dan SKMA Manokwari. Kawasan ini menjadi home base komunitas tersebut. KAAM telah memasuki usia lebih dari satu tahun.
Dengan begitu kepercayaan dan perhatian dari stake holder terkait mulai nampak. Diantaranya, mendapatkan dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup di tingkat kabupaten maupun provinsi Papua Barat serta kerja sama.
“KAAM masih tetap dengan program unggulan yaitu, perang dengan sampah laut. Promosi wisata laut ini, kita tidak lepas dari edukasi ke masyarakat bahwa. Kita perkenalkan dan mengedukasi soal bahaya sampah laut,” katanya lagi.
Yan Agus Rumbewas menambahkan, kerja sama dengan stake holder terkait diharapkan dapat berlanjut dan tidak berhenti sampai disini saja. “Kita kerja sama dengan DLH provinsi dalam mengelola sampah laut menjadi pupuk organik. Kita berharap kerja sama ini berlanjut sehingga dapat memutus mata rantai sampah yang mencemari laut, yakni sampah darat tidak langsung dibuat ke laut,” tutup Yan Agus Rumbewas. (MKD)