MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat mencatat, rokok kretek menjadi komoditi penyumbang terbesar kedua setelah beras, untuk angka kemiskinan di Papua barat.
Kepala BPS Provinsi Papua Barat, Maritje Pattiwaellapia mengatakan, tahun 2019 rokok berada di urutan kedua sebagai komoditi makanan yang menyumbang angka kemiskinan.
Di wilayah perkotaan rokok menyumbang 9,82 persen jauh di atas telur ayam ras yang hanya 5,98 persen. Sementara, di wilayah pedesaan lebih tinggi rokok yang menyumbang sebesar 14,81 persen.
“Rokok berada di urutan kedua pada komoditi makanan penyumbang angka kemiskinan di Papua Barat. Ini realita di lapangan banyak responden yang mengatakan kalau tidak merokok tidak bisa kerja.
Begitulah jawaban responden yang kita dapati,” kata Maritje saat menggelar rilis data kemiskinan dan ketimpangan Papua Barat di kantornya, Rabu (15/1/2020).
Berdasarkan data yang disajikan sumbangan pengeluaran beras terhadap garis kemiskian di Papua Barat sebesar 20,02 persen di perkotaan, dan 21,07 persen di daerah pedesaan.
Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok komoditi makanan lain yang berpengaruh cukup besar diantaranya rokok kretek filter, di wilayah perkotaan sebesar 9,82 persen dan pedesaan 14,81 persen, telur ayam ras di daerah perkotaan menyumbang 5,98 persen dan di pedesaan 3,49 persen.
Lebih lanjut Maritje mengatakan, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding komoditi bukan makanan. Pada september 2019 share komoditi makanan terhadap garis kemiskinan mencapai 76,65 persen. Sementara, komoditi non makanan hanya menyumbang 23,35 persen .
“Dari 52 komoditas makanan pembangun garis kemiskinan beras masih menjadi komoditas paling penting bagi penduduk miskin. Kemudian diikuti oleh rokok kretek filter yang menjadi penyumbang garis kemiskinan terbesar kedua pada komoditas makanan,” katanya lagi.
Adapun keseluruhan di Papua Barat periode Maret 2019 hingga September 2019, terjadi penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,66 persen poin yakni dari 22,17 persen menjadi 21,51 persen. Dengan kata lain, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Papua Barat sebanyak 3,91 ribu orang pada periode tersebut.
Maritje menambahkan, penurunan kemiskinan terjadi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Di mana, tingkat kemiskinan di daerah perkotaan turun sebesar 0,16 persen poin dari 5,63 persen menjadi 5,47 persen.
“Sementara di daerah pedesaan persentasi penduduk miskin turun sebesar 0,99 persen poin dari 34,19 persen menjadi 33,20 persen pada periode Maret 2019 hingga September 2019,” tutup Maritje. (TRI)