AMDAL Bandara Baru Wasior Tak Boleh Direkayasa

WASIOR, Papuakita.com – Kepala Bappeda Kabupaten Teluk Wondama, Palino Phiter Lambe menegaskan, proses AMDAL menjadi pintu masuk pembangunan bandara.

Untuk itu, penyusunan AMDAL haus dilakukan secara objektif, sesuai dengan kondisi faktual di lapangan. “AMDAL tidak boleh dipaksakan apalagi direkayasa hanya supaya Bandara baru bisa dibangun,” kata Lambe, Rabu (30/5/2018).

Lambe mengingatkan hal itu dalam kegiatan konsultasi publik terkait AMDAL pembangunan bandara baru yang digelar di ruang tunggu bandara Wasior, Rabu (30/5/2018).

“Kalau merah, katakan merah. Kita semua inginkan ada bandara tapi kita tidak mau kita kena bencana,“ ujarnya.

Heriansyah, perwakilan pihak konsultan yang melakukan studi AMDAL menjelaskan, dari lahan  seluas 280 hektar, lahan yang disiapkan itu tidak semua kawasan akan dibuka.

“Dari perencanaan yang telah dibuat hanya 160 hektar yang akan dibuka untuk untuk pembangunan fasilitas utama Bandara maupun fasilitas pendukung,” ungkapnya.

Sementara, sisa lahan yang ada tetap dibiarkan dalam kondisi seperti semula sebagai daerah penyangga (buffer zone).

“Mangrove tetap dijaga. Kita tidak ganggu supaya bisa menjadi tempat tumbuhnya ikan,“ ujar Heri.

Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama, Johanes P. Auri menegaskan, pemerintah pusat maupun pemkab Teluk Wondama harus memberi kompensasi khusus kepada masyarakat yang telah merelakan lahan yang menjadi sumber hidup mereka untuk dibangun bandara.

Perhatian itu, lanjutv Johanes, dengan memastikan penggunaan tenaga kerja dalam pembangunan bandara hingga operasional harus mayoritas merupakan warga lokal setempat.

“Masyarakat lokal harus diberi ruang lebih besar untuk jadi pekerja.  Jangan sampai pribumi jadi penonton di negeri sendiri,” ujarnya.

Kepala Bandara Wasior, Syarif Hidayat mengungkapkan, pihaknya akan bekerjasama dengan Pemkab Wondama dalam hal rekruitmen pekerja bandara.

Lihat juga  Masyarakat di Wasior Keluhkan Pelayanan PLN dan Telkomsel

Adapun mekanisme lelang pekerjaan dilakukan secara elektronik sesuai ketentuan yang berlaku.

“Di bandara itu rata-rata pekerjaan yang butuh skil. Tapi  kalau yang non skill seperti security dan cleaning service saya rasa kita bisa kita akomodir,“ ujarnya. (REX)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *