MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Survei pemetaan peluang kepala daerah pilkada 2020, di Kabupaten Teluk Wodama yang dilakukan Indopol Survei dan Consulting pada 2–8 Februari 2020 lalu, menunjukkan elektabilitas bupati dan wakil bupati petahana anjlok. Penelitian ini menggunakan metode Survei. Data-data kuantitatif bersumber dari survei pendapat masyarakat dengan instrumen kuesioner.
Pengambilan sampel dengan cara multistage random sampling dimana jumlah responden tiap kecamatan atau dapil di kabupaten Teluk Wondama diambil secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk tahun 2018 berdasarkan data yang dikeluarkan oleh KPU RI tahun 2020.
Direktur Eksekutif Indopol Survey dan Consulting, Ratno Sulistiyanto melalui keterangan tertulis yang diterima, Kamis (20/2/2020) menjelaskan, Indopol melakukan penelitian untuk mengukur, mengkalkulasi, dan memprediksi bagaimana proses dan hasil pilkada di kabupaten Teluk Wondama yang akan berlangsung, terutama menyangkut peluang kandidat yang potensial didukung oleh publik.
“Penentuan responden dilakukan secara random sistematis. Kriteria responden adalah mereka yang berumur 17 tahun atau sudah menikah. Responden berjumlah 420 orang dengan margin error lebih kurang 4.8% dan tingkat kepercayaan 95% (Slovin)
Responden merefleksikan laki-laki/perempuan dan berbagai jenis profesi. Wawancara dilakukan secara tatap muka (face to face interview). Data diolah dengan program SPSS atau Field Survey,” katanya.
Tingkat kepuasan publik terhadap bupati dan wakil bupati petahana rendah. Menurut Ratno, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar menganggap TIDAK ADA PERUBAHAN (43%) dengan kondisi ekonomi dalam satu tahun terakhir, bahkan 18% mengatakan lebih buruk. Meskipun 29% responden menyebutkan kondisi ekonominya lebih baik.
Adapun faktor penyebab kondisi ekonomi masyarakat di Kabupaten Teluk Wondama tidak ada perubahan, bahkan lebih buruk adalah sebagai besar masyarakat menyebutkan karena kenaikan harga bahan pokok/sembako 52,83%, kenaikan harga BBM 26,42%, paceklik/tidak panen 4,72%, di PHK 0,94%, tidak ada lapangan kerja 13,21 %, tidak menjawab 1,89%.
Selain kondisi ekonomi masyarakat, peneilitian ini juga mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan sekarang. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan Bupati Teluk Wondama saat ini rendah, diangka 20%, yang menyatakan cukup puas dan 3,81% yang menyatakan sangat puas.
Sedangkan tingkat ketidakpuasan publik terhadap kinerja bupati relatif tinggi yakni diangka 39,76% untuk tidak puas, kurang puas 25, 95% dan sangat tidak puas 10,48%. Sementara tingkat kepuasan kinerja wakil bupati juga menunjukan kondisi yang tidak jauh beda, bahkan lebih rendah tingkat kepuasannya.
“41,19% publik merasa tidak puas dan 26,67% kurang puas dan sangat puas 8,57%. Hanya 23, 57% yang menyatakan cukup puas. Tingkat kepuasan kinerja Bupati dan Wakil Bupati (BERNADUS A IMBURI – PAULUS Y INDUBRI) ini terkonfirmasi oleh penilaian publik terhadap upaya-upaya pemerintah daerah kabupaten Teluk Wondama,” katanya Ratno.
Saat ini, lanjut Ratno, dalam beberapa sektor pembangunan, misalkan pemberantasan korupsi diangka 72,62% untuk total kurang puas, tidak puas dan sangat tidak puas, infrastruktur diangka 52,86%, pelayanan publik (pembuatan KTP, perijinan usaha dll) diangka 61, 18%, penyediaan fasilitas umum dan social diangka 71,68%, kebersihan kota 65,48% pelaksanaan jaringan pengaman social diangka 54,52% dan lainnya.
Sementara tingkat kepuasan publik terhadap upaya pembangunan pemerintah relatif cukup puas dan sangat puas diantaranya sektor ketertiban daerah yakni diangka 56,43%, penyediaan listrik dan BBM diangka 51,19%, menjaga toleransi dan kehidupan beragama diangka 80%, dan penanganan kriminalitas diangka 60,24%.
Tingkat kepuasan publik yang rendah terhadap kinerja bupati dan wakil bupati ditambah dengan tingkat kepuasan publik terhadap hasil upaya pembangunan di beberapa sektor memberi dampak pada sikap publik terhadap TIDAK inginnya memimpin kembali oleh Bupati dan Wakil Bupati Teluk Wondama (BERNADUS A IMBURI – PAULUS Y INDUBRI) pada periode ke depan, yakni sekitar 59,52% publik menyatakan TIDAK ingin dipimpin kembali oleh beliau berdua, bahkan perlu diganti.
“Kondisi ini terkonfirmasi sikap publik terhadap tidak sesuainya (kurang sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai) realisasi janji-janji politik bupati-wakil bupati Teluk Wondama (BERNADUS A IMBURI – PAULUS Y INDUBRI) pada masa kampanye pilkada dulu,” ujarnya.
Dalam uji pertanyaan terbuka mayoritas masyarakat Teluk Wondama sudah memiliki kandidat Bupati. Elektabilitas pertanyaan terbuka adalah potret paling natural dari pendapat politik publik karena tidak disertai intervensi nama-nama oleh surveyor. Hendrik Mambor (23%,33) dan Elisa Auri (21,67%) adalah kandidat yang memiliki keterpilihan cukup tinggi dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain.
Dalam uji pertanyaan tertutup Elisa Auri meraih dukungan terbesar yakni 23,5%, disusul Hendrik Mambor (30,71%), sedangkan petahana bupati maupun wakil berada pada angka 17,86% untuk Bernandaus A Imburi, 1,67% untuk Paulus Y Indubri, sementara kandidat-kandidat yang lain hanya dipilih oleh kurang dari 2% responden.
“Elektabilitas pertanyaan tertutup adalah potret realistis pendapat politik masyarakat kabupaten Teluk Wondama jika pemilukada dilaksanakan pada (2 – 8 Februari 2020). Peta di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenalan (popularitas) maka kesempatan untuk dipilih (elektabilitas) akan semakin besar,” bebernya.
Meskipun demikian, elektabilitas tidak hanya ditentukan oleh popularitas, tetapi juga didukung oleh tingkat kesukaan masyarakat terhadap calon. Tingkat kesukaan yang besar menyebabkan tingkat pengenalan menjadi lebih efektif, hal ini nampak pada Elisa Auri dan Hendrik Mambor yang memiliki tingkat pengenalan paling efektif.
Sebaliknya tingkat kesukaan yang tidak terlalu besar akan menyebabkan tingkat pengenalan kurang efektif, hal ini ditunjukkan oleh angka kesukaan Paulus Y Indubri, Bernandus A Imburi dan Yakonias Sawaki yang kurang maksimal dan menyebabkan elektabilitasnya tidak berkembang.
Ratno menambahkan, peta di atas menguatkan temuan-temuan sebelumnya (Survey LSI) bulan Oktober 2019), dimana telah terbentuk pola yang cukup konsisten yang menunjukkan posisi 4 besar kandidat Bupati Teluk Wondama, yaitu: 1. Elisa Auri 2. Hendrik Mambor 3. Bernandus A Imburi 4. Paulus Y Indubri.
Posisi keunggulan Elisa Auri yang berada pada angka 35,24% relatif tidak terpaut jauh dari kandidat-kandidat di bawahnya sehingga keunggulan tersebut belum menyentuh angka batas aman 30% sehingga belum bisa disebut keunggulan mutlak.
Alasan utama masyarakat memilih bupati Teluk Wondama mayoritas menginginkan berasal dari putra daerah (33,81%), kemudian figurnya jujur dan bersih dari kasus korupsi (14,05%) dan berpengalan luas (10,48%). Ketiga alasan ini yang akan memberikan dampak elektabilitas bagi kandidat-kandidat yang bertarung di pilkada Teluk Wondama.
“Dinamika elektabilitas berpasangan menunjukkan bahwa pasangan Elisa Auri dan Ferry Auparay memiliki keterpilihan paling tinggi diantara semua kandidat yang berpasangan. Posisi terkuat kedua adalah Hendrik Mambor- Andarias Kayukatuy diangka 30,24% dimana tidak terpaut jauh dengan pasangan Elisa Auri dan Ferry Auparay,” tutupnya. (*/ARF)