KAIMANA, Papuakita.com – Bupati Kaimana Matias Mairuma menegaskan, tidak akan memberikan ruang untuk investasi kelapa sawit di daerahnya. Mairuma Tolak Sawit
Meski saat ini ada sekira 100 lebih proposal yang parkir di atas mejanya menunggu respon.
“Saya sampai hari ini tidak memiliki ketertarikan sama sekali untuk membiarkan investasi yang satu ini masuk di Kaimana,” tegas Mairuma dalam suatu kesempatan baru-baru ini.
Sikap tegas menolak investasi kelapa sawait memiliki alasan yang mendasar. Dengan pengalaman yang cukup lama saat bergabung dengan LSM YPMD.
Mairuma memahami persis jenis tanaman sawti serta dampaknya untuk masyarakat (lokal). Diakui Mairuma, pada rapat kerja bupati/walikota se-Provinsi Papua Barat di Waisai, Raja Ampat, gubernur Papua Barat sempat mengenalkan dirinya dengan investor kelapa sawit.
Alasan menolak investasi perkebunan kelapa sawit, dikemukakan Mairuma. Pertama, luasan lahan yang dibutuhkan minimal 12.000 hektar. Lahan ini baru untuk breakeven point. Jika mengejar profit, luas lahan harus dua kali dari itu.
Kemudian, satwa seperti, burung Cenderawasih, Rusa dan buruan lainnya tidak bisa lagi ditemukan. Binatang tidak bisa hidup disitu karena lokasinya disemprot anti hama dan rumput-rumput semua mati.
“Humus mulai kering karena satu pohon serap air 2,5 liter setiap hari. Kalau jutaan pohon bagaimana,” paparnya.
Dicontohkan, masyarakat Lere, Arso di Papua dan Prafi di Papua Barat yang wilayahnya dimasuki investasi kelapa sawit. Dimana, perekonomian masyarakat setempat hanya bertahan sesaat, dan tidak mendapatkan keuntungan untuk jangka panjang.
“Sawit di kabupaten mana pun ceritanya akan seperti ini. Orang bilang PAD naik, betul PAD memang naik tapi masyarakat lokal bagaimana? Mereka tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari investasi ini,” tandasnya.
“Saya ditanya ada lahan, saya bilang banyak. Kalau boleh pak bupati kasih kami tanam kelapa sawit. Aduh saya sudah berdoa dari awal supaya tidak ada kelapa sawit di Kaimana. Tunggu bupati baru saja, siapa tau bupati baru bersedia,” ucap Mairuma tegas.
Ditambahkan, meski secara ekonomi, kehadiran perkebunan kelapa menguntungkan bagi daerah melalui peningkatan PAD. Akan tetapi suatu ketika investasi ini akan menjadi sebuah bencana yang sulit dipulihkan dan berimbas terhadap masyarakat lokal.
“Investasi perkebunan kelapa sawit berdampak negatif. Selain merusak lingkungan, tanaman ini juga belum menguntungkan nasib orang Papua,” pungkasnya. (WIH)