Ilustrasi kursi pimpinan DPD Partai Golkar. Foto : Istimewa

Musda Golkar Papua Barat 2020, Rivalitas Kader Tua dan Muda

Diposting pada

MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Dipastikan hanya 2 bakal calon yang siap untuk maju memperebutkan kursi ketua DPD Golkar Papua Barat. Partai golkar Papua Barat akan menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) pada 4-5 Maret, di Manokwari. Pendaftaran bakal calon ketua DPD Partai Golkar Provinsi Papua Barat (2020-2025) resmi ditutup, Sabtu (29/2/2020).

Musda ini akan menjadi ajang pembuktian untuk mengukur elektabilitas, popularitas, integritas, dan kapasitas antara kader tua dan—kader muda dalam kiprah politik serta ketaatan mengimplementasikan kebijakkan partai. Atmosfer rivalitas pada musda kali ini sangat ketat.

“Sampai dengan penutupan pendaftaran, hanya ada 2 bakal calon ketua DPD yang mendaftarkan diri. Sudah kita tutup. Dipastikan dua bakal calon saja. Saat ini masih bakal calon, untuk menjadi calon harus mendapatkan dukungan minimal 30 persen suara dari total suara yang ada,” kata Wakil Ketua Steering Committee, Dominggus Buiney, Sabtu.

Menurut dia, penentuan syarat dukungan dari masing-masing bakal calon ketua akan disampaikan dalam agenda musda. Di mana, masing-masing pemilik suara akan membacakan secara langsung. Ada sebanyak 19 suara yang akan diperebutukan oleh calon ketua, yakni suara DPD tingkat II sebanyak 13, 1 suara DPD tingkat I, 1 suara DPP, 2 suara organisasi pendiri dan organisasi yang didirikan, 2 suara sayap partai.

Adapun dua nama bakal calon yang siap bersaing memperebutkan kursi ketua DPD Golkar Papua Barat, yakni Rudi Timisela dan Lambert Jitmau. Rudi Timisela telah lebih awal mendaftar pada Jumat (28/2/2020). Sementara Lambert Jitmau mendaftar di hari terakhir, Sabtu (29/2/2020).

Rudi Timisela maupun Lambert Jitmau, memiliki optimisme tinggi menang dalam musda dan bisa menahkodai golkar Papua Barat dalam 5 tahun ke depan. Masing-masing pun mengklaim mampu membesarkan partai berlambang pohon beringin ini dengan gagasan serta visi dan misi.

4SK dan kader muda

Tercatat kurang dari 3 tahun, Rudi menahkodai golkar Papua Barat, sejak 2018 lalu. Dan dalam waktu yang cukup singkat, dengan visi dan misi menggerakkan proses konsolidasi dilanjutkan dengan proses kaderiasi dan barulah dilanjutkan dengan proses pemenangan, ini dirasakan belum selesai.

Bakal calon ketua DPD Partai Golkar Provinsi Papua Barat, Rudi Timisela saat mengembalikan berkas pencalonan. Foto : Istimewa

“Saya masih memiliki penasaran. Untuk saya ingin kembali memimpin dalam rangka menyelesaikan grand desain dan visi dan misi saya di periode lalu. Saya mendapat dorongan dari pemilik suara. Saya salah satu dari empat DPD golkar se-Indonesia yang mendapat penghargaan DPD terbaik, ini prestasi yang diraih bersama-sama,” ujarnya.

Rudi Timsela mengatakan, sebagai kader ia akan selalu menaati mekanisme dan peraturan partai. Di sisi lain, dirinya ingin mengubah pandangan partai politik hanya menjadi tempat penampungan bagi orang-orang buangan, khususnya generasi muda asli Papua.

Kata Rudi, sebuah cita-cita besar dirinya adalah bagaimana bisa mendistribusikan kader muda di panggung politik pada perhelatan pilkada 2020 dan 2024. Sehingga tidak ada istilah parpol menjadi tempat penampungan bagi orang-orang buangan.

“Saya berhasil mendudukkan kader asli Papua dari Suku Arfak menjadi ketua DPR Papua Barat setelah lebih dari 20 tahun provinsi ini berada. Terpecahkan sejarah itu di tangan golkar. Kebetulan saat itu saya yang memimpin tetapi ini adalah kerja bersama golkar dan saya ucapkan terima kasih kepada seluruh kader golkar di Papua Barat sehingga kita bisa memimpin DPR Papua Barat,” sambungnya.

Rudi optmisi bisa memenangkan perebutan kursi ketua DPD golkar Papua Barat. Optimisme Rudi ini dengan prinsip mendasari langkah politik itu berkomunikasi dengan Tuhan dan melanjutkan dengan melakukan komunikasi dengan pemilik suara.

“Saya mau mengajarkan pada kader-kader golkar, khusus di Papua Barat ingat 4SK. Sembayang, senyum, sapa, dan sayang yang dilakukan dengan kejujuran, komitmen, konsisten, dan ketulusan hati. Sembayang adalah menempatkan posisi paling tinggi sebab politik adalah jalan suci, ini final. Dari politik lahirlah wakil-wakil Allah sehingga parpol harus dikelola secara baik dan benar,” tutupnya.

Golkar harus jadi yang terbaik

Rasa optmis tinggi juga ditunjukkan oleh Lambert Jitmau. Kader senior partai golkar yang juga tercatat sebagai Wali Kota Sorong, ini yakini bisa menang dalam perebutan kursi ketua DPD golkar Papua Barat. Lambert yakin, para pemilik suara memiliki “mata” untuk melihat figur kader terbaik untuk memimpin golkar dalam 5 tahun ke depan.

Bakal calon ketua DPD Partai Golkar Provinsi Papua Barat, Lambert usai mengembalikan berkas pencalonan. Foto : ARF

“Maju saja, orang dalam kenapa mesti takut. Saya tidak mau omong sesuatu yang obral sana-sini. Tapi maju saja, optimis karena garis tangan itu ada di tangan Tuhan. Tapi yang lain itu hanya ikut campur tangan dan tanda tangan,” ujar Lambert Jitmau.

Lambert mengungkapkan suatu kerindungan, bahwa golkar harus tetap menjadi yang terbaik di Papua Barat. Menyoal kondisi golkar di Papua Barat, Lambert mengatakan, untuk melihat baik atau tidak salah satu indikator yang bisa dipakai adalah melihat perolehan kursi DPRD di tingkat kabupaten dan kota.

“Saya punya suatu kerinduan itu, golkar harus menjadi yang terbaik. Golkar harus baik di provinsi Papua Barat, golkar jangan hanya baik di Kota Sorong. Indikatornya itu perolehan kursi di kabupaten dan kota, itu berapa? Jangan kita ngomong setinggi langit,” tukasnya.

Meski demikian, Lambert Jitmau berharap dengan adanya perbedaan-perbedaan, golkar harus tetap menjadi yang terbaik. Sebab golkar bukan pendatang baru. Golkar telah menjadi partai pengusaha dari tempo dulu sampai hari ini.

“Untuk Papua Barat, kami tetap teratas. Kota Sorong tidak kalah pentingnya memberikan kontribusi yang besar untuk golkar, baik tingkat dua maupun tingkat satu. Tidak pernah terkalahkan,” ujarnya.

Dengan suara lantang, Lambert Jitmau menyatakan, salah satu bukti kontribusi nyata golkar di kota Sorong adalah terpilihnya Petronela Kambuaya sebagai ketua DPRD Kota Sorong selama 3 periode.

“Saya punya istri (Petronela Kambuaya, red) sebagai ketua DPRD kota Sorong, bukan karena jabatan saya sebagai wali kota. Dan menyumbang kursi lebih dari satu. Satu untuk pribadi atas nama Petronela Kambuaya, 2 dan 3 itu sumbang untuk partai golkar. Itu aset golkar yang harus diperhatikan, bukan kata-kata. Semua punya mata melihat keberhasilan orang, itu sebagai indikator,” pungkasnya. (ARF)