MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Pulau Mansinam sebagai ikon religi dan budaya di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, kini tengah bersolek menyambut kedatangan kapal pesiar mewah Seabourn Wurslaind yang dijadwalkan berlabuh di Perarian Manokwari pada 12 September mendatang.
Kapal persiar tersebut mengangkut sebanyak 300 wisatawan asing dari berbagai negara, akan mendarat di pantai Syornabo. Untuk menikmati keindahan alam dan sajian budaya khas masyarakat pesisir Papua.
Masyarakat Pulau Mansinam telah bahu-membahu menyiapkan sambutan terbaik. Kegiatan pembersihan pantai Syornabo digelar secara gotong royong, sebagai lokasi utama atraksi budaya. Berbagai kelompok sanggar tari lokal akan menampilkan tarian-tarian khas Suku Doreri yang sarat makna spiritual dan kearifan lokal. Dekorasi bernuansa adat pun dipasang di sepanjang area pantai hingga pemukiman warga.
Tak hanya di darat, destinasi laut juga disiapkan. Lokasi snorkeling di Tanjung Manggewa tengah dirapikan agar wisatawan bisa menikmati kekayaan terumbu karang dan ikan tropis khas perairan Manokwari.
Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Papua Barat, Matias Rumbruren yang juga menjadi penanggung jawab kunjungan ini, menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci kesuksesan agenda ini.
“Kami mengarahkan seluruh warga untuk mengenakan atribut budaya seperti pakaian adat, noken, dan aksesoris lokal lainnya. Ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan momen menampilkan jati diri budaya Mansinam ke mata dunia,” tegas Matias dalam keterangan resminya, Rabu (10/9/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Seabourn Wurslaind akan mengunjungi 3 kabupaten di Papua Barat. Sebelumnya, kapal pesiar ini telah singgah di Fakfak, kemudian akan ke Manokwari, dan Teluk Wondama, sebagai bagian dari rute wisata eksklusif di Tanah Papua.
Dukungan dan penguatan terhadap agenda ini juga datang dari kalangan akademisi, Yansen Saragih. Dosen Pariwisata Universitas Papua (UNIPA) ini, menilai kunjungan kapal pesiar semacam ini bukan hanya ajang pertunjukan budaya, tapi peluang konkret pembangunan ekonomi dan promosi destinasi.
“Pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi, harus hadir dalam momentum ini. Selain menghitung dampak ekonomi langsung, ini bisa menjadi basis data penting untuk proyeksi pengembangan wisata budaya berbasis kunjungan kapal pesiar di masa depan,” ujar Yansen.
Ia juga menekankan pentingnya pengumpulan data pengeluaran wisatawan, lama tinggal, dan persepsi mereka terhadap destinasi. Data ini menjadi modal dalam perencanaan jangka panjang, termasuk penyusunan strategi promosi, penguatan SDM lokal, dan pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata bahari dan budaya.
Momentum Promosi Global
Kunjungan kapal pesiar seperti Seabourn Wurslaind menjadi peluang emas promosi destinasi Papua Barat di level global. Dengan wisatawan yang rata-rata berasal dari Eropa, Amerika, dan Australia, cerita tentang Pulau Mansinam dan kekayaan budayanya akan tersebar jauh melampaui batas wilayah.
Berharap agar potensi ini bisa berkelanjutan, Yansen menambahkan, dibutuhkan sinergi antara masyarakat, asosiasi profesi seperti HPI, dan terutama pemerintah. Dukungan kebijakan, investasi infrastruktur, serta pendampingan pelatihan SDM lokal menjadi keharusan.
Sebagaimana semboyan pariwisata berkelanjutan, “mengembangkan tanpa merusak, memberdayakan tanpa mengeksploitasi”.
“Agenda seperti ini mesti menjadi cermin komitmen bersama, menjadikan pariwisata sebagai alat pemajuan budaya, peningkatan ekonomi, dan penguatan identitas Papua di mata dunia,” pungkasnya.
