MANOKWARi, PAPUAKITA.com—Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas kembali meraih Gold Rank pada ASRRAT (Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2025.
Penghargaan ini mempertegas komitmen SKK Migas dan industri hulu migas dalam mengutamakan isu keberlanjutan di tengah upaya peningkatan produksi dan lifting minyak dan gas bumi.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan bahwa peningkatan produksi migas nasional berjalan beriringan dengan prioritas keberlanjutan.
“Upaya-upaya keberlanjutan tetap menjadi prioritas karena Rencana Strategis kami tidak hanya memuat peningkatan produksi, tetapi juga mendukung komitmen Indonesia mencapai target net zero emission,” ujar Djoko usai menerima penghargaan ASRRAT 2025, Jumat 28 Oktober 2025 lalu.
Djoko berharap penghargaan ini semakin memacu SKK Migas dan Kontraktor KKS untuk menghadirkan terobosan keberlanjutan di sektor hulu migas.
Sustainability Report merupakan laporan mengenai kebijakan dan kontribusi organisasi terkait Sustainable Development Goals (SDGs) dengan acuan standar Global Reporting Initiative (GRI).
ASRRAT adalah ajang penilaian tahunan terhadap laporan keberlanjutan yang diterbitkan oleh berbagai instansi dan diselenggarakan oleh National Center for Corporate Reporting (NCCR). Kegiatan ini bertujuan mendorong peningkatan kualitas pelaporan aspek ekonomi, sosial, lingkungan, serta tata kelola.
Menjadi informasi, pada 2025, ASRRAT diikuti 82 perusahaan dan organisasi, yakni 78 dari Indonesia, 1 dari Bangladesh, dan 3 dari Filipina, dengan dewan juri yang berasal dari kalangan akademisi bersertifikasi sustainability reporting.
SKK Migas secara konsisten mengikuti ajang ini dan telah meraih Gold Rank sebanyak tujuh kali.
Djoko menjelaskan bahwa penanganan isu keberlanjutan, termasuk pengurangan emisi, merupakan pekerjaan jangka panjang yang dimulai dari langkah nyata.
Industri hulu migas, katanya, telah melakukan berbagai inisiatif, seperti: Peningkatan efisiensi energi; Pengurangan emisi metana; Minimisasi flare gas hingga menuju zero flaring; Pengembangan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS)
Beberapa proyek CCUS juga telah berprogres, antara lain di Ubadari–Tangguh dan Abadi Masela. Penerapan teknologi berbasis CO₂ sesungguhnya bukan hal baru di hulu migas Indonesia, seperti EOR CO₂ flooding di Lapangan Sukowati dan pressure maintenance di Lapangan Banyu Urip.
Djoko menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang besar, dan regulasi telah mendukung pengembangan CCS/CCUS di sektor hulu migas.
“SKK Migas telah menerbitkan Pedoman Tata Kerja (PTK) untuk memberikan panduan jelas bagi proyek CCS dan CCUS. Dokumen ini menjadi acuan bagi Kontraktor KKS dalam perencanaan hingga pelaporan, sekaligus memberi kewenangan bagi SKK Migas untuk melakukan evaluasi dan pengawasan agar proyek berjalan efisien, aman, dan akuntabel,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Djoko menegaskan bahwa industri hulu migas tidak dapat bergerak sendiri.
“Meskipun iklim regulasi sudah sangat mendukung, realisasi proyek CCS/CCUS membutuhkan kolaborasi kuat dari seluruh pemangku kepentingan,” pungkasnya.
