MANOKWARI, PAPUAKITA.COM—Penyakit Infeksi Pernapasan Saluran Atas atau Ispa dominan diderita warga Kampung Pumbuan, Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw. Hal itu terlihat dari hasil pemeriksanaan yang dilakukan oleh Tim Pelayanan Kesehatan Berbasis Masyarakat (PKBM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat.
Tim PKBM melaksanakan pelayanan kesehatan di kampung Pumbuan sejak 24-28 Juni lalu, penyakit ispa banyak diderita oleh warga kampung usia dewasa maupun anak-anak. Program PKBM ini menyasar 7 daerah terpencil dan sulit diakses yang berada di wilaya provinsi Papua Barat.
Ketua tim PKBM kampung Pubuan, dr. Feny mengatakan, hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di kampung Pubuan dan kampung sekitarnya, terdapat 27 orang dewasa dan 21 anak yang terserang ispa.
“Setelah kita lakukan pelayanan kesehatan dari 93 pasien yang ada, 55 orang menderita ispa yang terdiri dari orang dewasa maupun anak-anak,” jelasnya.
Penyebab ispa adalah virus atau bakteri, yang mudah sekali menular. Penularannya bisa melalui kontak dengan percikan air liur orang yang terinfeksi dan kemudian virus atau bakteri yang ada di dalam percikan liur akan menyebar melalui udara, lalu masuk ke hidung atau mulut orang lain.
Menurut dr. Feny, selain kontak langsung virus juga dapat menyebar melalui sentuhan dengan benda yang terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan penderita. Meski demkian, ispa tidak tergolong berbahaya. Penyakit tersebut dapat dengan mudah disembuhkan.
Penyakit kulit dan KEK
“Penyakit ini memang lebih dominan dialami anak-anak dan lansia karena berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Penyakit lain yang berhasil dideteksi yaitu penyakit kulit (tinea cascade), dimana terdapat 17 orang yang mengalami penyakit tersebut,” jelas dr. Fenny.
Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan tim, juga meliputi pemeriksaan ibu hamil dan anak-anak di kampung Pumbuan dan sekitarnya yang jumlahnya mencapai puluhan pasien.
Selain melakukan pemeriksaan terhadap perkembangan kehamilan, juga dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita dan anak-anak, serta penyuluhan dan konsultasi bagi ibu-ibu hamil.
“Kalau untuk posyandu juga diberikan penyuluhan terkait bagaimana hidup sehat sehingga baik bayi yang masih dalam kandungan juga ibunya harus menjaga kesehatan,” katanya.
Hasil pemeriksaan menunjukan, dari 16 Ibu hamil terdapat lima orang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK), dimana penyebabnya karena kurangnya asupan makanan bergizi.
“KEK ini adalah istilah kesehatan yang terdapat pada ibu hamil yang kurang asupan makanan bergizi sehingga perlu diwaspadai. Kita telah memberikan vitamin dengan harapan dapat mengatasi masalah KEK,” dr. Feny menambahkan.
Salah seorang pasien, Enderina Ahoren mengatakan, pelayanan PKBM sangat membantu dan menolong bagi masyarakat terutama bagi balita, anak-anak dan ibu hamil.
“Kami sangat senang dengan pelayanan yang sudah dilakukan karena kampung kami ini tidak ada tenaga kesehatan, kalau ada yang sakit kami harus turun ke puskesmas di Kebar yang jaraknya cukup jauh,” tutur Enderina yang tengah hamil serta memeriksakan juga anaknya yang lain.
Enderina berharap program pelayanan kesehatan seperti PKBM perlu dilakukan secara berkelanjutan terutama di kampung-kampung yang jauh dan sulit mengakses layanan kesehatan. (PKT/02)