MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Pencanangan pengembangan potensi wanatani atau afroferstry, untuk mendukung kelestarian ekologi dan ketahangan pangan di Wilaya Papua dan Maluku dilakukan bersama oleh industri hulu migas, pelajar, dan masyarakat di Kabupaten Sorong, Jumat (16/10/2020).
Pencanangan tersebut bertepatan dengan perayaan hari pangan sedunia. Peryaan hari pangan sedunia oleh industri hulu migas di wilayah Papua Barat sebagai bentuk dukungan keberlanjutan ketahanan pangan sedunia, dilakukan dengan melaksanakan Program Pengembangan Masyarakat (PPM).
Kegiatan pencanangan dan penyuluhan diarahkan pada pembibitan tanaman pangan buah produktif dan tanaman penghijauan difokuskan di Kelurahan Malasom, Distrik Aimas. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Bidang Teknis BKSDA Papua Barat Tasliman, Lurah Malasom Akmadi, dan Kepala SMP Muhammadiyah, Jarmi.
Adapun industri hulu migas yang terlibat, yakSKK Migas-KKKS Bp Indonesia, Genting Oil Kasuri Pte. Ltd., Petrogas Basin Ltd., Petrogas Island Ltd., Pertamina EP Aset 4 Field Papua.
Diketahui, hari pangan sedunia diperingati setiap tanggal 16 Oktober sejak tahun 1979 sebagai gagasan bersama yang diinisiasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dengan tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19, kegiatan penyuluhan dalam rencana mengembangkan ketahanan pangan lokal dengan melakukan pembibitan bakal tanaman “Agroforestry” dilakukan SKK Migas–KKKS wilayah Papua Barat dengan keterlibatan LSM Kasuari sebagai koordinator pelaksana penyuluhan di lapangan.
“Kegiatan PPM bidang lingkungan merupakan bentuk kepedulian industri hulu migas kepada pelestarian lingkungan, nantinya tidak akan berhenti pada kegiatan pencanangan ini,” tulis Kepala Departemen Humas Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua Maluku, Galih Agusetiawan melalui siaran pers yang diterima.
“Hingga akhir tahun akan terus dilakukan upaya penyemaian hingga mencapai 10.000 bibit tanaman yang terdiri atas bibit Pala, Matoa, Durian, Langsat, Rambutan, Mangga, Sengon, Suren dan Agatis hasil fasilitasi SKK Migas-KKKS serta pihak ketiga industri hulu migas wilayah Papua Barat,” sambungnya.
Agroforesty adalah untuk menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat di masa depan.
Konsep proses benih hingga menjadi bibit (penyemaian) dan nantinya dilanjutkan pada proses penanaman adalah sangat serupa dengan siklus konsep kegiatan eksplorasi migas, karena keberhasilan proses eksplorasi/penyemaian yang dilakukan secara baik, baru akan diterima manfaatnya oleh generasi selanjutnya dimasa depan, maka saat ini upaya tersebut harus terus dilakukan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik’’.
Nur Cahyo selaku Koordinator program pelaksana penyuluh lapangan pengembangan agroforestry dari LSM Kasuari, berharap program yang telah disusun secara berkesinambungan
Dapat dimanfaatkan pengelolaan bersamanya sesuai pola kebudayaan masyarakat setempat, serta mengajak pelajar pelajar yang ada dilokasi penyemaian dapat mengetahui teknik-teknik penyemaian tanaman dan secara tekun ikut memelihara sehingga bisa menjadi bagian dari proses pemeliharaan pertumbuhan dan dapat bertanggung jawab sebagai penerima manfaat secara ekonomi di kemudian hari.
“Kami tidak hanya bertutur dalam melakukan penyuluhan, tapi kami aktif untuk membina masyarakat tentang pentingnya memulai proses penyemaian bibit-bibit tanaman argoforestry, dengan melakukan kampanye melalui media flyer, banner, spanduk yang berisi materi penyuluhan agar secara terus menerus dapat membudaya dalam perilaku pelajar dan masyarakat” tutup Nur. (*/ARF)