MANOKWARI, PAPUAKITA.COM—Lembaga Pelatihan Ketrampilan (LPK) Pinkan yang berkonsentrasi pada pelatihan tata rias pengantin dan tata rias rambut, meski di tengah keterbatasannya mampu menunjukan eksistensinya hingga kini. LPK ini terus berkontribusi memberikan pelatihan secara gratis kepada masyarakat.
Ketua LPK Pinkan Desy Adam mengatakan, lembaganya telah hadiri di Kabupaten Manokwari sejak 1992 silam. Dan merupakan satu-satunya LPK tata rias kecantikan yang ada di Provinsi Bapua Barat.
“Tiap tahun ada pelatihan kursus gratis buat masyarakat. Biasaya dilaksanakan pada Juni-Agustus. Sudah lama, banyak salon-salon di Manokwari itu merupakan out put dari kami Memang saya jarang ekspos ini di media massa, tetapi bagi yang mau ikut silahkan datang,” kata Desy Selasa (6/8/20190).
Kata Desy, upaya membangun relasi dengan pemerintah daerah melalui instansi terkait sudah sering dilakukan. Meski demikian, hasilnya belum maksimal dan sesuai dengan harapan. Banyak kendala yang dihadapi untuk menyelenggarakan program dan kegiatan lembaga.
“Namanya lembaga kursus itu terkait dengan dinas pendidikan, ketenagakerjaan, dan pariwisata. Sudah sering kita majukan, ini loh program kerja kami. Mau tidak mau, lembaga harus berupaya sendiri. Kita dengan swadaya harus bisa menyelenggarakan program,” ujarnya.
Menurut Desy, dukungan dan perhatian pemerintah daerah melalui instansi teknis kepada LKP relatif masih kecil. Meski ada bansos, bansos itu besumber dari Kementerian terkait. Di sisi lain, bansos ini justru menjadi masalah tersendiri dalam menghidupkan program dan kegiatan pelatihan.
“Bansos ini buat orang mau datang ikut hanya tanya ada bansos tidak? Kalau tidak, mereka jadi malas. Tidak baiknya lagi nilai bansos ini disamaratakan seperti di Jawa. Padahal kebutuhannya tidak sama sehingga mau tidak mau lembaga harus cari jalan lain,” tukasnya.
Dalam sekali mengggelar pelatihan, LPK Pinkan mampu menampung 20-25 peserta didik, dengan didukung oleh 3 orang instruktur. Sudah ribuan perserta yang sudah berhasil membuka usaha salon dan tata rias.
“Kita kalau lihat di daerah lain, pendidikan non formal itu sangat diperhatikan sekali. Padahal out put dari lembaga pendidikan non formal ini bisa langsung jadi. Kita prioritaskan adalah mereka yang putus sekolah dan tidak bekerja, terutama putra/putri asli daerah. Kadang kita iri dengan provinsi lain,” ujar Desy.
Untuk optimalkan program LPK, dibutuhkan dukungan baik secara moril maupun anggaran. Selain itu, pendampingan bagi peserta yang telah mengikuti pelatihan juga tak kalah penting agar bekal yang diperoleh bisa dioptimalkan lagi.
“Kami tidak munafik bahwa dana itu perlu, tetapi selama ini kami tidak langsung meminta begitu saja. Jika terbuka hati (membantu) silahkan. Untuk dana dari dinas memang belum maksimal,” tuturnya.
“Bukan hanya kami, banyak lembaga pendidikan non formal lainnya juga disepelehkan. Padahal out putnya lebih nyata, orang keluar langsung bisa kerja,” sambungnya.
Prestasi
Di bawah pembinaan LPK Pinkan, peserta didik mampu menorehkan prestasi cemerlang di tingkat nasional. Mewakili provinsi Papua Barat, mereka berhasil menyabet gelar juara 1 tingkat nasional lomba tata rias penari panggung, yang digelar pada 3-5 Juli lalu di Jakarta.
Menurut Desy, event nasional tersebut sudah digelar sejak 4 tahun terakhir, tetapi LPK Pinkan baru bisa ikut serta pada 2017 dan 2019.
“Event tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, ini adalah lomba antar peserta didik. Peserta lomba diseleksi oleh kementeraian, dan kita bisa berangkatkan 2 orang mengikuti lomba tata rias penari penaggung. Dan syukur Papua Barat keluar sebagai juara pertama tingkat nasional menyisihkan 19 provinsi lainnya,” ucapnya.
Desy mengatakan, untuk bisa mengikuti lomba di tingkat nasional dicapai melalui upaya-upaya swadaya lembaga. Selain itu membangun relasi dengan pihak dinas terkait. Akan tetapi, belum begitu mendapat respon positif.
“Provinsi lain, mereka itu tahu ini event kementerian yang digelar tiap tahun sehingga dinas terkait ikut memberikan support. Tiap tahun dilaksanakan tetapi sudah berjalan 3 tahun ini, ya sudah tahulah,” ujarnya.
Desy menambahkan, lomba tingkat nasional tersebut untuk mengapresiasi peserta didik bahwa mereka juga mendapat perhatian. Dengan demikian, ada harapan dengan membawa nama daerah lembaga-lembaga pendidikan non formal bisa mendapat perhatian daerah pemerintah daerah.
“Peserta pemenang lomba akan mendapatkan dana pembinaan. Dana itu untuk peserta, juga piagam dan piala. Penyerahannya akan dilakukan di Makassar, bersamaan dengan peringatan hari aksara internasional,” pungkasnya. (RBM)