Kondisi perekonomian Papua Barat Triwulan I 2020. Sumber : Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat

Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat Triwulan I 2020 Tumbuh Melambat

Diposting pada

MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Di tengah wabah pandemi Covid-19, perekonomian Papua Barat juga ikut terdampak. Pada triwulan I 2020, perekonomian Papua Barat tumbuh positif sebesar 5,14% (yoy) meskipun melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,27% (yoy).

Pertumbuhan periode ini sejalan dengan pola historis sebelumnya dan diharapkan dapat berkelanjutan hingga akhir tahun 2020 dengan semangat optimisme ke depan di tengah situasi pandemi saat ini.

Demikian, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, S. Donny H. Heatubun ketika mendiseminasikan perkembangan kondisi perekonomian triwulan I 2020, baik secara global, nasional, dan khususnya Papua Barat melalui siaran pers yang diterima papuakita.com, Selasa (19/5/2020).

Kondisi Perekonomian Papua Barat Triwulan I 2020. Sumber : Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat

“Pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,0%-5,0% (yoy) dengan asumsi dampak Covid-19 yang moderat. Berdasarkan realisasi pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I 2020, perekonomian cukup terbantu dengan masih solidnya konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan sebesar 4,81% (yoy) di tengah membaiknya ekspor yang masih tercatat kontraksi sebesar -14,70% (yoy),” papar Donny Heatubun.

Di samping pertumbuhan ekonomi Papua Barat, inflasi Papua Barat pada April 2020 tercatat rendah dan terkendali sebesar 2,28% (yoy). Inflasi ini berada di bawah inflasi Nasional yang tercatat sebesar 2,68% (yoy). Secara bulanan, inflasi Papua Barat didorong oleh komoditas makanan yaitu ikan, tomat, dan bawang merah. Sementara, laju inflasi bulan ini tertahan dengan koreksi tarif angkutan udara yang terdampak Covid-19.

Proyeksi inflasi tahun 2020 tetap rendah dan terkendali, serta berada pada kisaran 2,2%-2,6%(yoy). Inflasi inti diperkirakan tetap terjaga stabil meskipun dibayangi risiko penurunan daya beli oleh masyarakat akibat dampak pembatasan sosial serta meningkatnya tingkat pengangguran akibat keputusan beberapa perusahaan yang merumahkan sebagian karyawannya. Namun, daya beli ini akan dijaga oleh pemerintah melalui bantuan sosial yang diberikan.

Lebih lanjut, kata Donny Heatubun, Inflasi administered prices (inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya diatur pemerintah) diperkirakan akan lebih rendah seiring beberapa stimulus yang diberikan seperti diskon tarif listrik maupun diskon bahan bakar minyak.

“Inflasi volatile food (inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak) diperkirakan akan meningkat terutama bagi daerah yang mengandalkan pasokan dari luar daerah, seiring kebijakan karantina wilayah dan pembatasan mobilisasi transportasi yang berimplikasi pada menurunnya frekuensi distribusi bahan pangan,” jelas Donny Heatubun.

Menurut Donny Heatubunn, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Papua Barat, pemerintah kabupaten/kota di Papua Barat, Tim Pengendalian Inflasi Daerah, Satgas Pangan, dan segenap pemangku kebijakan terkait akan terus berkoordinasi untuk mengambil langkah-langkah kebijakan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas perekonomian Papua Barat agar tetap baik dan berdaya tahan.

Dalam pemaparannya, Donny Heatubun menyampaikan perekenomian global, saat ini dalam kondisi yang menurun akibat mewabahnya pandemi Covid-19 di seluruh negara. Kebijakan lockdown dan pembatasan sosial yang dilakukan menurunkan volume perdagangan dan aktifitas perekonomian yang berimplikasi pada penurunan permintaan secara keseluruhan.

Ekonomi negara maju maupun berkembang terdampak tanpa terkecuali. Dengan demikian, perekonomian dunia pada 2020 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sebesar -3%.Selanjutnya, perekonomian domestik pada triwulan I 2020 dilaporkan mengalami pertumbuhan 2,97% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy).

Perlambatan ekonomi domestik ini tidak terlepas dari dampak Covid-19 secara global termasuk negara-negara mitra dagang Utama Indonesia seperti Tiongkok. Perlambatan volume perdagangan dan harga komoditas ekspor Indonesia bertransmisi pada penurunan ekspor-impor barang/jasa, investasi, serta konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah.

“Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 ini tetap patut disyukuri apabila dibandingkan pertumbuhan negara lain yang tercatat kontraksi pada periode yang sama. Prospek ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada kisaran 2,3% (yoy) dengan proyeksi bias ke bawah akibat dampak Covid-19,” tutupnya. (*/ARF)