MANOKWARI, PAPUAKITA.COM—Peringatan Hari Kartini ke-140 tahun tidak sekadar dimaknai sebagai seremonial tahunan, tetapi sebagai ajang advokasi dan aksi nyata untuk melakukan empat hal yang dipandang perlu dalam rangka keadilan gender antara laki-laki dan perempuan.
Demikian pesan Bupati Manokwari Demas Paulus Mandacan dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Bupati Edi Budoyo pada perayaan HUT Kartini di lingkup kabupaten Manokwari, Rabu (24/4/2019).
Adapun keempat pesan tersebut, pertama, memperkuat dan memperluas pemberdayaan perempuan Indonesia khususnya bagi perempuan di wilaya 3T yang belum mendapatkan kesempatan yang sama dengan perempuan di daerah yang sudah maju.
Kedua, memperkuat advokasi dan aksi nyata dalam peningkatan pendidikan formal perempuan dan secara khusus bagi perempuan di wilayah 3 T. Ketiga, memperkuat gerakan mendorong kesadaran laki-laki untuk aktif terlibat dalam keadilan gender.
Keempat, menjadikan gerakan penghapusan kekerasan perempuan dan anak dalam rumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Dijelaskan bupati, dalam mengupayakan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan di era modern, khususnya dibidang pendidikan. Kartini-kartini muda Papua diajak untuk peduli dan lebih berjuang pada bidang pendidikan
“Kiranya semangat itu terus berkobar di setiap hati perempuan Papua dalam meneruskan cita-cita Kartini dan demi cita-cita kemajuan tanah Papua seperti slogan “Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang siapa lagi yang peduli dengan kemajuan kabupaten ini,” jelasnya.
Dikatakan, upaya tersebut demi wujudkan masyarakat Manokwari yang berbudaya, maju, mandiri, damai, dan sejahtera.
Wakil bupati mengatakan, perempuan yang menduduki jabatan eseslon di lingkup kabupaten Manokwari jumlahnya sudah cukup banyak.
“Di eselon II ada ibu asisten III, ibu Perindagkop, ibu Pemberdayaan Perempuan, dan Eselon III dan IV sudah banyak. Yang jelas sangat banyak, itu dalam rangka kesamaan gender,” ujar wabup
Penempatan pejabat ini, lanjut wabup, bukan didasarkan saja pada hasil analisis kepangkatgan dan analisis beban kerja, tetapi atitude dan sopan santun.
“Yang penting-penting lagi masalah loyalitas, kesetiaan kepada pemimpinan. Itu yang lebih penting. Kalau bawahan sudah tidak loyal kepada pimpinan apa boleh buat. Jadi, selain kesetaraan gender, juga ada penilaian-penilaian selektif yang lainnya,” ujar wabup lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Aljabar Makatita mengingatkan, perjuangan Kartini sudah menggarisbawahi bahwa perempuan itu bisa berkiprah di mana saja. Tetapi jangan meninggalkan kodratnya.
“Kita lihat sekarang, Kartini-kartini sudah banyak sekali tapi kadang kodratnya dikasih tinggal. Saya kasih contoh, banyak rumah tangga yang hancur, break. Mereka bubar, karena salah satu ketika perempuan sangat luar biasa di luar mengejar karir sehingga untuk mengurus rumah tangga itu sudah tidak ada pehatian yang serius,” ujar Makatita.
Sekda Makatita menambahkan, kodrat perempuan itu yang harus digarisbawahi oleh Kartini-kartini saat ini. “Kita kembali melihat apa yang diajarkan oleh ibu Kartini. Ibu Kartini menggarisbawahi perempuan berkiprah di semua lini tetapi kodratnya sebagai istri harus memperhatikan tugasnya,” pungkasnya. (RBM)