Pembukaan Pelatihan Gerakan Kemandirian Pangan: Pertanian Organik Melalui Integrated Farming. Foto : ARF

Tujuan Integrated Farming Bank Indonesia di Papua Barat

Diposting pada

MANOKWARI, PAPUAKITA.comBank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua Barat, mendorong Gerakan Kemandirian Pangan pertanian organik melalui Integrated Farming bagi petani di daerah ini.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat, Rut W. Eka Trisilowati mengatakan, dalam lingkup rangkaian program ketahanan pangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia provinsi Papua Barat

Gerakan kemandirian pangan merupakan upaya bersama komponen masyarakat dan pemerintah Memanfaatkan dan mengelola modal aset setempat berupa SDA, SDM, sumber daya finansial, sumber daya teknologi, dan sumber daya sosial secara berkelanjutan.

Adapun pemanfaatan dan pengelolaan berbagai sumber daya yang ada, bertujuan memperkuat ketahanan stok pangan dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan; memanfaatkan inovasi teknologi dan akses ekonomi digital untuk meningkatkan kualitas komoditas pangan, diversifikasi produk, penetrasi pasar domestik, dan peningkatan nilai tambah;

Memperkuat ekosistem dan infrastruktur pendukung melalui peningkatan korporatisasi, penguatan kapasitas SDM, perluasan akses pembiayaan, perluasan distribusi dan akses pangan masyarakat; meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan menyediakan produk pangan yang bermutu dan lebih terjangkau harganya;

“Dan memperkuat basis data dan informasi serta memperkuat mekanisme kualitas penanganan masalah pangan,” kata Rut Eka pada pembukaan pembukaan pelatihan gerakan kemandirian pangan: Pertanian Organik melalui Integrated Farming, yang berlangsung di salah satu hotel, Selasa (13/10/2020).

Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan kegiatan gerakan kemandirian pangan ini dirancang untuk bersinergi dengan pemerintah daerah, lembaga, swasta atau kelompok masyarakat, perbankan/lembaga keuangan/koperasi, dan perguruan tinggi yang memiliki potensi dan kapasitas untuk menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan melalui tahapan pilot project, tahapan replikasi dan pengembangan, dan tahapan kemandirian yang berkelanjutan.

Diketahui, gerakan kemandirian pangan merupakan kegiatan yang telah dicanangkan Kementerian Pertanian sejak 2006, untuk membangun Desa Mandiri Pangan dengan tujuan untuk mengurangi rawan pangan dan gizi melalui pendayagunaan sumber daya, kelembagaan, dan kearifan lokal perdesaan.

Gerakan ini diharapkan menciptakan klaster-klaster ketahanan pangan yang solid, berkesinambungan, dan mampu memetakan daerah yang surplus/defisit komoditas pangan yang pada akhirnya secara bertahap mengurangi ketergantungan dari daerah luar Provinsi Papua Barat.

“Pertukaran barang antarwilayah dimungkinkan dapat terjadi apabila suatu wilayah terdapat perbedaan tingkat pemilikan sumber daya dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduknya,” jelasnya.

Tahapan awal dari rangkaian kegiatan gerakan kemandirian pangan, kata Rut Eka, Kantor Perwakilan Bank Indonesia provinsi Papua Barat melaksanakan program pelatihan praktek lapangan pertanian berbasis organik melalui integrated farming.

Sistem integrated farming menawarkan integrasi usaha pertanian dan peternakan terpadu melalui penerapan teknologi tepat guna pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik. Sistem ini diklaim memberikan nilai tambah peningkatan SDM yang tidak hanya ahli dibidang pertanian tapi juga dibidang peternakan dan sekaligus perikanan dengan kombinasi pengolahan lahan yang terpadu.

Rut Eka menambahkan, model integrated farming berbasis organik memberikan keuntungan secara komparatif dibandingkan dengan hasil produk pertanian lainnya yang dijalankan secara konvensional.

Nilai tambah yang diberikan selain dalam bentuk efisiensi penggunaan bahan baku yang pengelolaannya melalui hasil limbah peternakan, juga dapat memperoleh nilai tambah dari hasil perikanan yang dikelola. Hasil pertanian secara organik memiliki keunggulan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pertanian yang dijalankan secara konvensional.

“Di era saat ini, kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk mengkonsumsi sayur dan buah organik menciptakan peluang bagi pengembangan bisnis pertanian berbasis organik

Masyarakat bahkan rela untuk untuk mengeluarkan uang lebih untuk memperoleh sayuran dan buah organik dengan pertimbangan kesehatan tubuh. Hal ini menjadikan konsep integrated farming berbasis organik memiliki comparative advantage dibandingkan produk serupa yang diolah menggunakan pupuk kimia,” tuturnya.

Keuntungan lain dari integrated farming, antara lain pada peningkatan ketersediaan komoditas yang ada di pasar dalam kualitas yang lebih terstandarisasi. Kualitas komoditas yang baik inilah yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat terutama dalam kaitannya dengan pengendalian inflasi daerah.

Beberapa komoditas pangan yang seharusnya dapat dipenuhi di wilayah Papua Barat, lanjut Rut Eka, ternyata pemenuhannya dari luar daerah, seperti cabe merah yang didatangkan dari Pulau Seram, Ambon atau telur ayam yang didatangkan dari Makassar atau Surabaya.

Padahal komoditas tersebut seharusnya dapat diupayakan pemenuhannya dari daerah sendiri yang notabene provinsi Papua Barat memiliki luas lahan yang sangat luas, serta dukungan tingkat kesegaran komoditas yang dihasilkan dari daerah sendiri. Karena itulah dalam pengembangan model integrated farming ini juga dikaji bersama model dan rantai bisnis yang dapat mendukung kebutuhan pasar di Papua Barat.

“Model bisnis hilirisasi saat ini juga akan dikembangkan dalam bentuk model pemasaran baik yang dijalankan secara offline maupun online. Dengan dukungan digitalisasi yang semakin meningkat di seluruh wilayah, kita dapat mengembangkan akses pemasaran hasil pertanian terintegrasi pada lingkup yang lebih luas, sehingga dapat berpengaruh secara langsung terhadap tingkat penghasilan petani,” tutupnya.

Berkaitan dengan pelatihan pertanian organik melalui Integrated Farming, kantor perwakilan Bank Indonesia provinsi Papua Barat bermitra bersama Kodam XVIII Kasuari, Polda Papua Barat, Armada III Sorong, dan Fasharkan TNI AL Manokwari.

Akan melaksanakan pelatihan praktek lapangan pertanian berbasis organik melalui integrated farming sekaligus melakukan tahapan pilot project demplot integrated farming organik di masing-masing lahan yang dimiliki.

Pelatihan ini menghadirkan nara sumber dari Dinas Pertanian provinsi/kabupaten, serta nara sumber utama, yaitu Duta Petani Muda Nasional 2018, Gestianus Sino dari provinsi Nusa Tenggara Timur yang berhasil mengembangkan pertanian organik melalui integrated farming. (ARF)