Audiensi Komisi III DPRPB dengan manajemen PT Ebier Suth Cokran
Audiensi Komisi III DPRPB dengan manajemen PT Ebier Suth Cokran. Foto : Dok. PAPUAKITA.com

Komisi III DPRPB audiensi dengan manajemen PT Ebier Suth Cokran

Diposting pada

MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Komisi III DPR Papua Barat (DPRPB) audiesi dengan manajemen PT Ebier Suth Cokran, di Distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan, Kamis (19/6/2025).

Kunjungan kehormatan ini, dipimpin langsung oleh Ketua Komisi III Nakeus Muid dan didampingi Wakil Ketua Komisi Aloysius Paulus Siyep, serta anggota komisi masing-masing, Yohanes Edong Rumising, dan Yustus Dowansiba.

Rombongan Komisi III DPRPB saat berpose di depan Kantor PT Ebier Suth Cokran, Ransiki, Manokwari Selatan
Rombongan Komisi III DPRPB saat berpose di depan Kantor PT Ebier Suth Cokran, Ransiki, Manokwari Selatan. Foto : Dok. PAPUAKITA.com

Mewakili manajemen PT Ebier Suth Cokran, hadir Direktur PT Cokran Bernard Waran beserta jajarannya. Badan usaha ini adalah milik Koperasi Ebier Suth Cokran. Dalam pertemuan ini, membahas soal produksi cokelat ransiki (Cokran).

“Penjelasan dari pihak koperasi dan perusahaan bahwa produk cokelat sudah masuk pasar internasional dan punya kualitas nomor satu dunia. Bahkan, sudah pernah dapat mendali emas, Cacao of Excellence di Amsterdam. Sudah diakui cokelat Manokwari Selatan ini miliki kualitas nomor satu,” kata Nakeus Muid.

Kualitas produk dan penghargaan yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan ini, tidak lepas dari sistem pengolahan produk kakao yang tepat dalam menjaga mutu hingga menjadi produk siap ekspor.

Di tengah pencapaian tersebut ternyata masih ada persoalan yang mengganjal yang mesti dilepaskan. Nakeus menyebutkan, persoalan itu ada pada kualitas biji kakao yang diterima dari petani kakao setempat.

“Biji kakao dari masyarakat petani kualitasnya masih rendah. Berberda dengan biji kakao hasil produksi perusahaan. Perbedaan ini berdampak pada harga jual biji kakao.

Dorong intervensi pemda

Komisi III DPRPB mendorong pemda setempat mengintervensi petani kakao Manokwari Selatan. Agar hasil produksinya bisa meningkat dan miliki kualitas baik di pasaran.

“Harapan kami, mutu produksi biji kakao milik masyarkat petani ini harus meningkat. Pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran guna mendukung kerja sama dengan pihak koperasi dan perusahaan untuk tingkatkan produksi petani,” ucap Nakeus.

Bentuk intervensi pemda melalui sokongan dana itu, supaya pihak koperasi maupun perusahaan bisa maksimal dalam sinergi dengan petani kakao.

Tercatat, kini perusahaan menjual biji kakao per kilogram sebesar Rp190 ribu. Sementara, milik masyarakat hanya dibeli Rp90 ribu.

Nakeus menambahkan, intervensi juga bisa dilakukan dengan melakukan pendampingan kepada petani cokelat secara berkelanjutan, intensifikasi lahan pertanian, serta bila perlu dilakukan ekstensifikasi lahan.

“Harapan ini bukan saja mendorong peningkatan taraf perekonomian masyarakat petani cokelat, tetapi juga akan mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) yang saat ini hanya mencapai Rp700 an juta,” tutup kader PDI Perjuangan ini.