Diseminasi Informasi Bahaya Narkoba, Minol, HIV dan AIDS di Kampung Mbenti

PEGUNUNGAN ARFAK, PAPUAKITA.comDalam rangka mencegah penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan terlarang (Narkoba), Minuman Beralkohol (minol), HIV dan AIDS, warga Kampung Mbenti, Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) mengikuti kegiatan diseminasi informasi narkoba, minol, HIV dan AIDS.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemuda Kampung Mbenti dan berlangsung di Gedung Gereja Lahairoy-Mbenti, Sabtu (26/12/2020).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari KPA Provinsi Papua Barat, Sahat Saragih, dan Kabid P2M BNNP Papua Barat, drg. Indah Perwita Sari, S.Kg, turut hadir tokoh kampung Mbenti, Origenes Wonggor yang juga Ketua DPR Papua Barat (DPRPB).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) BNNP Papua Barat, drg. Indah Perwitasari, S.Kg. Foto : ARF

“Kita tidak bisa memungkiri Pegaf (Pegunungan Arfak) ini aman dari ancaman narkoba. Minimnya pengetahuan dan informasi sehingga sosialsiasi secara berkelanjutan harus disampaikan kepada masyarakat,” kata Kabid P2M BNNP Provinsi Papua Barat, drg. Indah Perwitasari, S.Kg.

Kata Indah,  harus disampaikan bahwa, bahaya narkoba itu berdampak dalam jangka panjang. Apalagi, lanjut Indah, narkoba jenis ganja sangat mudah tumbuh.

“Kita sebar bijinya saja langsung tumbuh, seperti halnya rumput saja. Kita jelaskan kepada masyarakat agar mereka mengetahui bahwa bahayanya itu seperti ini. Masyarakat bisa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal tersebut, dan kemana harus melaporkan jika ada barang tersebut,” ujarnya.

Indah menekankan, ketercukupan informasi tentang bahaya narkoba dan miras adalah sangat penting bagi masyarakat di daerah seperti Pegaf ini. Sebab sosialisasi yang rutin dilakukan adalah upaya yang sangat efektif dalam memerangi penyalahgunaan narkoba maupun konsumsi minol yang tidak bertanggung jawab.

“Hal tersebut sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat. Karena apa? Jika bukan mereka yang jadi pemimpin di tempat ini siapa lagi?. Jangan sampai generasi muda ini tercemar dengan narkoba,” tutupnya.

Sahat Saragih, perwakilan KPA mengatakan, sosialisasi HIV dan AIDS akan efektif jika diikuti dengan pemeriksaan atau tes HIV sehingga bisa diketahui kondisi di suatu daerah terkait trend kasusnya.

“Idealnya adalah perbanyak sosialisasi dan langsung diikuti dengan tes atau pemeriksaan. Sehingga kita banyak mengetahui kondisi HIV di wilayah itu juga. Dengan tes sebenarnya mempermudah dalam hal menekan diskrminasi dan stigma terhadap pengidap HIV dan AIDS,” jelasnya.

Perwakilan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua Barat, Sahat Saragih. Foto : ARF

Dikatakan, program sosialisasi nasional dengan slogan STOP (Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan) harus dilakukan secara masih. Karena akan percuma jika sudah ditemukan namun tidak diobati. Sebab kasus HIV akan melebar lagi.

“Untuk pertahankan ini butuh proses, patuh minum obat dan berperilaku tidak berisiko,” ujarnya.

Memutus mata rantai, menurut Sahat Saragih, harus ditemukan kasus HIV. Tanpa menemukan apa yang harus diobati. “Dengan sosialisai STOP, berarti sosilisais jangan hanya seremonial. Sosialisasi seperti ini harus berprogram sehingga dilakukan rutin,” katanya.

Sahat Saragih menambahkan, data hasil survei jelas, bahwa 2,3 persen penularan HIV di Papua (Papua dan Papua Barat) berada di populasi umum. Artinya, HIV ini bukan lagi berada di tempat-tempat hiburan atau lokalisasi. Tetapi sudah ada di tengah masyarakat.

“Di Papua 2,3 persen ada dipopulasi umum. Artinya 2,3 persen dari 100 ribu jumlah penduduk ada sekira 2 sampai 3 orang yang positif HIV,” pungkasnya. (advetorial/ARF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *