Ketua FKUB Provinsi Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk (kiri) dan Ketua FKUP Provinsi Papua Barat, Pdt. Sadrak Symbiak. Foto : RBM/PKT

FKUB Serukan Pemilu 2019 Damai di Papua dan Papua Barat

Diposting pada

MANOKWARI, Papuakita.com – Forum Kerukukan Umat Beragama (FKUB) mendukung penyelenggaraan pemilu presiden dan pemilu legislatif 2019 di Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) berlangsung aman, damai, dan bermartabat.

Seruan itu disampaikan secara bersama oleh Ketua FKUB Provinsi Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk dan Ketua FKUB Provinsi Papua Barat, Pdt. Sadrak Symbiak pada seminar/tukar pengalaman kedua lembaga yang dilaksanakan di Manokwari baru-baru ini.

“FKUB mendukung penuh pilpres dan pileg aman, damai, dan bermartabat di Papua dan Papua Barat. Itu yang kami keluarkan statemen dalam (salah satu) rekomendasi,” kata Lipiyus.

Kata Lipiyus, salah satu upaya yang dapat dilakukan secara bersama untuk menyukseskan pemilu 2019, adalah semua stakeholder perlu melakukan doa dan puasa bersama. Ia mengatakan, cara tersebut sudah dilakukan oleh FKUB di Papua pada pilkada.

“Mungkin di Papua Barat juga bisa dilakukan. Hasilnya terbukti, pemilu yang dilaksanakan di Papua beberapa bulan lalu berjalan aman,” ujar dia.

Selain melakukan kegiatan kerohaniaan seperti itu, Lipiyus menyarankan, lembaga penyelenggara pemilu (KPU dan Bawaslu) secara berjenjang harus aktif membangun komunikasi dan koordinasi dengan FKUB di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.

Sebab, esensi dari kerja-kerja FKUB sangat penting dalam upaya meredam gejolak dan potensi konflik di tengah-tengah masyarakat. Dia menegaskan, FKUB tidak sekadar dijadikan sebagai “pemadam kebakaran” saja tetapi, harus dilibatkan dalam setiap kegiatan yang bersentuhan dengan kepentingan umat dan kemaslahatan masyarakat.

Menurut Lipiyus, biaya yang dibutuhkan dalam upaya pencegahan itu lebih sedikit, tetapi memperbaiki yang rusak itu cost­-nya jauh lebih besar. “Segera melihat kebutuhan itu. FKUB ini diselenggarakan oleh negara sehingga wajib hukumnya pemerintah mendukung,” ungkap Lipiyus.

Lipiyus mengungkapkan, potensi konflik pemilu 2019 di Papua cukup besar. Salah satu pemicunya adalah pilihan yang berbeda. Dan itu terjadi mulai di lingkungan yang terkecil, keluarga.

“Karena di Papua dan Papua Barat ini, bapak di partai lain, mama di partai lain atau anak di partai lain. Ini sangat bahanya potensi konfliknya. Satu komunitas itu (keluarga), khususnya pembagian suara supaya aman peran FKUB sangat penting,” ucapnya

“Sebelum terjadi perlu ada siraman-siraman rohani dari tokoh-tokoh agama. Partai ini juga bermain kepentingan di dalamnya. Ada partai bernuansa religi, bernuansa nasionalis, ada yang bernuansa tidak jelas, ini bercampur aduk,” tukasnya.

Adapun Pdt. Sadrak Symbiak menambahkan, pertemuan dua lembaga FKUB sangat penting dalam membangun dan menjaga kerukunan umat beragama di Tanah Papua.

“Dalam konteks FKUB provinsi Papua Barat, kerja-kerja kami adalah bagaimana membangun komunikasi dan sinergitas dengan seluruh pihak untuk ada bersama dan berkontribusi untuk kondisifitas daerah. Kami tahu bahwa pemerintah yang menjadi paling berkepentingan dengan kerja-kerja FKUB dengan demikian, kami juga mengharapkan dukungan,” katanya. (RBM)