MANOKWARI, PAPUAKITA.COM—Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat, Edang Retno Sri Subiyandani mengatakan, penurunan indeks harga pada kelompok makanan minus 2,98 persen menyebabkan Papua Barat alami deflasi minus 0,56 persen pada Maret 2019.
Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan alami inflasi 1,67 persen, kelompok kesehatan 1,56 persen, kelompok sandang 0,30 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,24 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,22 persen, serta perumahan, air listrik, dan bahan bakar alami inflasi 0,07 persen.
“Tingkat deflasi tahun kalender Maret 2019 sebesar -0,61 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2019 terhadap Maret 2018) sebesar 3,48 persen,” jelas Endang saat memaparkan perkembangan indeks harga konsume/inflasi Provinsi Papua Barat di kantornya, Senin (1/4/2019).
Sementara, dua Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Papua Barat, yakni Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong masing-masing mengalami inflasi dan deflasi. Pada Maret 2019, kabupaten Manokwari alami inflasi sebesar 0,08 persen.
“Salah satu penyebab inflasi di Manokwari terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 3,62 pesen. Sementara inflasi tahun kalender (Maret 2019 terhadap Maret 2018) sebesar 7,11 persen,” kata Endang.
Endang mengatakan, berbeda dengan kabupaten Manokwari, di waktu yang sama Kota Sorong justru alami deflasi sebesar 0,77 persen. “Kota Sorong menempati urutan ke-81 di Indonesia,” ujar Endang.
Penyebab kota Sorong alami deflasi, lanjut Endang, dipicu oleh penurunan harga yang ditunjukan oleh indeks pada kelompok bahan makanan minus 3,03 persen.
“Sementara tingkat inflasi kalender Maret 2019 sebesar minus 1,15 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2019 terhadap Maret 2018) sebesar 2,33 persen,” tambah Endang. (RBM)