Kerajinan Tenun Manokwari
Sekda Kabupaten Manokwari menyerahkan secara simbolis bahan baku membuat kain tenun NTT kepada perwakilan peserta pelatihan. Foto : RBM

Bupati Demas: Kerajinan Tenun Salah Satu Peluang Usaha

Diposting pada

MANOKWARI, PAPUAKITA.COM—Di era globalisasi dengan persaingan yang tinggi ini masyarakat harus lebih produktif dan tidak menjadi konsumen dari pasar global. Kemudahan teknologi akan mempermudah promosi dan pemasaran.

Demikian disampaikan Bupati Manokwari Demas Paulus Mandacan dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah, Aljabar Makatita saat membuka acara Pelatihan Ketrampilan Usaha Industri Kerajinan Tenun Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kerajinan tenun merupakan salah satu peluang usaha dan memungkinkan karena pangsa pasar yang mungkin akan mulai mempengaruhi pasar dari produk kerajinan,” jelas bupati.

Pelatihan ketrampilan usaha industri kerajinan diharapkan dapat mendekatkan antara produsen dengan konsumen sehingga keuntungan yang didapatkan dapat lebihtinggi, selain itu, dapat melihat potensi sumber daya lokal sebagai modal yang ada dalam mendukung keberlanjutan usaha ini.

Menurut bupati, pelatihan ini juga dapat digunakan agar mengembangkan industrinya dan merambah pasar yang lebih jauh di luar kabupaten Manokwari.

“Melalui pelatihan ini juga diharapkan akan membantu menemukan peluang bisnis yang tepat dan terbaik dalam suatu rantai nilai usaha dan bagaimana memahami keuntungan serta kerugiannya saat masuk dalam suatu mata rantai bisnis usaha industri kerajinan,” jelas bupati lagi.

Sekda Aljabar Makatita mengatakan, nilai jual yang diperoleh para pengrajin, adalah nilai jual dengan tidak melalui pihak ketiga. “Kalau dihitung-hitung mereka yang kumpul-kumpul dengan yang menenun, untung yang kumpul-kumpul lebih banyak,” ujar sekda.

“Mama sudah harus belajar, bisa jual hasil tenunan sendiri lewat sistem internet. Kalau tidak paham internet bisa Tanya. Hindarilah pihak ketiga, karena untung lebih banyak pada pihak ketiga,” sambung Sekda Makatita.

Dalam kesempatan ini, sekda mengingatkan kembali akan pentingnya pendampingan dan monitoring. Karena biasanya setelah pelatihan tidak ada bimbingan lebih lanjut. Sekda juga berharap dilakukan evaluasi apa yang kurang untuk peningkatan ke depan serta ada laporan secara periodek.

Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Kampung dan TPG Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung, Irma Mutmainah. Foto : RBM

Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Kampung dan TPG Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung, Irma Mutmainah mengatakan, kain tenut NTT memiliki nilai ekonomis tinggi di wilayah Papua. Sehingga pihaknya berinisiatif memprogramkan kegiatan pelatihan tenun tersebut.

“Kami punya inisiatif melaksanakan kegiatan ini, agar ada transfer ilmu kepada kita punya masyarakat (asli) dan pelatihan buat ibu-ibu asal NTT yang belum bisa sama sekali, sehingga ada regeneras,” katanya.

Pengrajin kain tenun di Manowkari bermukim di Kampung Wariori. Jumlahnya tidak banyak hanya ada beberapa pengrajin saja. Mereka menjadikan kerajinan tenun sebagai mata pencahariannya. Para pembeli tidak hanya dari Manokwari, tetapi juga ada yang berasal dari Sorong Selatan.

Irma menambahkan, sedikitnya 5 kelompok yang terdiri atas 30 orang dilibatkan dalam pelatihan tersebut. Masing-masing kelompok dibantu alat tenun dan bahan baku.

“Untuk menenun kain NTT dengan mnotif yang paling gampang itu butuh waktu 2 bulan, kalau yang paling susah itu bisa sampai 3-4 bulan. Kalau sudah jadi, kita langsung jual, jualnya ke tangan ketiga. Kami Sudah 30 an tahun menenun kain NTT,” ujar Petronela Pewa yang diamini koleganya Maria Nona Mince. (RBM)