MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Hasil seleksi calon Praja IPDN mendapat protes keras dari Kepala Suku Wondama, Yan Anton Yoteni. Dia menilai, seleksi sekolah kedinasan tersebut terindikasi praktik KKN. Mengakibatkan kerugian bagi perwakilan atau calon praja asal Kabupaten Teluk Wondama.
“Kami menyatakan tidak menerima hasil seleksi calon Praja IPDN, karena jatah Teluk Wondama diisi oleh bukan orang (asli) Wondama. Bahkan, jatah Wondama diisi oleh orang dari Manokwari. Anak-anak Wondama ada, kenapa sampai jatah itu dicuri. Jatah Wondama untuk IPDN dirampok,” tegas Yoteni.
“Kami tidak terima. Kami minta jatah kami yang dirampok dikembalikan kepada anak asli Wondama yang memiliki ranking tertinggi. Tidak boleh bikin praktik merampas hak orang lain. Orang Wondama masih ada, jatah wondana untuk IPDN tidak boleh dirampok oleh orang yang bukan orang Wondama,” sambung Yan Yoteni.
Yan Yoteni yang juga anggota Fraksi Otsus DPR Papua Barat (DPRPB), ini mengungkankan bahwa, sejumlah anak-anak asli Wondama yang ikut serta dalam seleksi calon praja IPDN memiliki nilai tinggi namun tidak terakomodir. Sehingga apa yang menjadi alasan bagi panitia seleksi untuk menggugurkan mereka.
“Tinggal 3 orang, satu yang asli itu namanya Habel Kamodi, kok anak aslinya tidak masuk,” ujanya.
Yan Yanoteni menegaskan, persoalan hasil seleksi calon praja IPDN ini akan diadukan ke DPRPB. Ia berharap mendapatkan perhatian lembaga politik ini. Sehingga dapat menyampaikan persoalannya secara langsung kepada Menteri Dalam Negeri ihwal proses seleksi yang dinilainya kental dengan praktik KKN.
“Kami akan meminta ke DPRPB supaya segera menyurati direktur IPDN. Persoalan ini juga akan saya dilaporkan langsung ke menteri dalam negeri pada pertemuan Senin pekan depan. Ada praktik yang tidak baik dalam perekrutan ini. Hak-hak masyarakat adat yang diatur di dalam Undang Undang dirampok, ada kolusi dan nepotisme,” ungkap Yoteni.
Yan Yoteni memberikan apresiasi kepada MRPB yang ikut mengawasi proses seleksi calon praja IPDN sejak dari tingkat kabupaten. Akan tetapi, ia mempertanyakan soal alasan apa yang dijadikan dasar sehingga sejumlah anak-anak asli Wondama gugur dalam seleksi tersebut.
“MRPB sudah kawal baik, tetapi ada permainan seperti apa sehingga jatah orang Wondama itu diambil. Jangan main-main. Cara-cara seperti ini yang kami mau menjadi provinsi sendiri,” tambahnya. (ARF)