Malaria Papua Barat
Peringatan Hari Malaria Sedunia, 25 April 2019, yang dirangkai dengan Simposium TataLaksana Kasus Malaria untuk Tenaga Dokter Rumah Sakit Dan Puskesmas se-Provinsi Papua Barat. Foto : MR3

Papua Barat Masuk Penyumbang Malaria, Terbesar di Manokwari Selatan

Diposting pada

MANOKWARI, PAPUAKITA.COM—Provinsi Papua Barat masuk dalam penyumbang angka malaria terbesar secara nasional. Kasus Malaria dengan Annual Paracite Incidence (API) terbesar berada di Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel).

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan, Otto Parorongan di sela acara peringatan Hari Malaria Sedunia, 25 April 2019, yang dirangkai dengan Simposium TataLaksana Kasus Malaria untuk Tenaga Dokter Rumah Sakit Dan Puskesmas se-Provinsi Papua Barat.

“Kasus malaria dengan Annual Paracite Incidence (API) terbesar posisi pertama berada di Kabupaten Manokwari Selatan sebesar 29 per 1.000 penduduk,” kata Otto, Rabu (24/4/2019).

Selanjutnya, Kabupaten Manokwari menempati urutakn kedua kasus malaria dengan API sebesar 26 per 1.000 penduduk. Dan urutan ketiga, kabupaten Teluk Wondama sebesar 14 per 1.000 penduduk. “Diharapkan semua pihak agar saling bersinergi dalam pengendalian vektor,” pesan Otto.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit menular adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit) dalam memutuskan rantai penularan penyakit.

Untuk itu diharapkan salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan membasmi bionomik vektor, yaitu tempat perkembangbiakan, tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia.

“Diharapkan adanya kerjasama dari berbagai sektor terkait, agar peran serta semua pihak maupun masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan dengan baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di masyarakat khususnya di Papua Barat,” jelas Otto.

Ketua Panitia Edi Sunandar memaparkan, di Indonesia tahun 2018 terdapat 141.983 kasus malaria, dan 87 persen terdapat di wilayah Papua dan Papua Barat serta Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Wilayah Bumi Kasuari tahun 2018 sebanyak 7.352 kasus malaria, dengan API sebesar 7,5 per 1.000 penduduk, jumlah kasus di atas jauh menurun 11 kali dibandingkan dengan kasus malaria di tahun 2009 yaitu 50.766 kasus dengan API sebesar 85,1 per 1.000 penduduk,” jelasnya.

Agar pencapai target Eliminasi Nyamuk dapat terwujud, diharapkan percepatan tata laksana dapat ditingkatkan, hal ini sangat di butuhkan karena tatalaksana yang baik dapat mengurangi angka kematian yang disebabkan malaria.

Kegiatan ini diikuti oleh sedikitnya 97 peserta, terdiri atas dokter spesialis maupun dokter umum yang bekerja di rumah sakit, puskesmas dan klinik swasta se-Provinsi Papua Barat yang merupakan kerja sama antara dinas kesehatan Paua Barat dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Manokwari. (MR3)