MANOKWARI, PAPUAKITA.com—Aktivitas masyarakat yang tidak seimbang menjadi salah satu ancama kerusakan danau Ayamaru di Kabupaten Maybrat. Ancaman kerusakan itu kian nyata.
Diketahui, hasil penelitian LIPI, dana Ayamaru merupakan danau karst, dihuni oleh beberapa biota endemik seperti ikan pelangi (Melanotaenia ajamaruensis, M bosemani, dan M fasinensis).
Kondisi tersebut terkuak dalam diskusi bertemakan menyusun desain dan rencana pengelolaan ekosistem danau Ayamaru untuk ketahan pangan, konservasi ikan endemik, pengembangan wisata dan proteksi dudaya suku Maybrat.
Kegiatan ini didukung oleh The Samdana Institut.
Ketua Komunitas Save Ayamaru Lake, Marthen menyampaikan, bahwa danau Ayamaru saat ini mengalami kerusakan dan ancaman itu kian nyata akibat aktivitas limbah rumah tangga, pembukaan permukiman, sampah, dan pembukaan jalan.
“Orang Ayamaru akan kehilangan identitas mereka. Kalau danau Ayamaru kering berarti suku Ayamaru akan diberi nama apa? Sebelum semua ini terjadi mari, kita sadar akan menjaga lingkungan danau Ayamaru,” kata Marthen.
Menurut Marthen, dalam waktu 10-20 tahun ke depan, biota endemik yang ada di danau Ayamaru bisa saja punah, lingkungannya menjadi tercemar sehingga potensi yang ada tidak bisa dikonsumsi lagi.
Staf Cabang Dinas Kehutanan Wilayah VIII Maybrat, Sepianus Bless menjelaskan, ancaman kerusakan juga disebabkan oleh pembukaan kawasan hutan secara sembarangan, mulai pembukaan jalan, perkebunan dan pertanian serta pembuangan sampah yang sudah mendekati sumber air dana Ayamaru.
“Kita harus sosialisasi dan butuh aksi nyata untuk menyadarkan seluruh masyarakat yang ada di pinggiran danau Ayamaru,” ujarnya.
Hal senada disampaikan salah seorang nelayan, Aser Kareth bahwa saat ini di danau Ayamaru banyak ikan. Tetapi sampah juga banyak.
“Saat musim hujan sampah dibawa air dan terjadi edapan pada danau. Danau bisa menjadi kering. Dulu tempat yang kita anggap danau sekarang jadi tanah kering, maka semua nelayan akan hilang mata pencaharian akan berdampak pada biaya anak sekolah,” tuturnya.
Diskusi dalam rangka penyusunan konsep pengelolaan dana Ayamaru, itu menelurkan sejumlah komitmen, antara lain mendesak penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Maybrat, perlindungan bagi masyarakat Maybrat untuk manjaga identitas, ciri khas local.
“Saat kita di pinggiran danau Ayamaru kita lebih pikir ekonomi dan abaikan dampak ekologis. Semua pihak harus berkerja sama untuk menjaga dan peduli terharap kelestarian danau Ayamaru demi anak dan cucu,” pungkasnya. (PKT-04)