Ketua LPA Manokwari: Pembinaan Anak Pecandu Lem Aibon Harus Libatkan Semua Stakeholder

MANOKWARI, PAPUAKITA.COM – Pembinaan terhadap anak-anak pecandu lem aibon perlu melibatkan semua stakeholder. Pembinaan ini harus dilakukan dari hulu hingga hilir. Demikian Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Manokwari, Napoleon Fakdawer kepada papuakita.com, Selasa (15/1/2019).

Pernyataan Napoleon ini terkait program pembinaan anak-anak lem aibon yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Manokwari. DP3AKB telah melaksanakan program pembinaan terhadap 80 an anak-anak pencandu lem aibon di Kelurahan Sanggeng.

“Kita harus mengapresiasi langkah DP3AKB Manokwari. Berbicara tentang anak, berbicara investasi SDM untuk masa depan. Program ini harus libatkan banyak stakeholder. Tidak bisa diterjemahkan hanya dengan program karena program itu dibatasi dengan waktu dan anggaran,” ujar Napoleon.

Menurut Napoleon, persoalan anak-anak lem aibon di Manokwari harus dilihat dari semua sisi. Distiulah pentingnya pelibatan semua stakeholder.

“Supaya program ini jalan baik harus bermain dari hulu hingga hilir. Persoalan anak di Manokwari tidak bisa main langsung di muara. Berbicara soal anak berbicara tentang keluarga dan lingkungan. Keluarganya bagaimana?, lingkungannya bagaimana?,” kata dia.

Banyak faktor yang mempengaruhi sampai anak-anak bisa terjerumus pengaruh lem aibon, minuman keras, narkotik, dan bahkan pelecehan seksual. Salah satunya kontrol orang tua dan minimnya peran keluarga dalam memberikan rasa aman dan nyaman.

“Anak-anak ini mereka kurang beruntung. Mungkin karena faktor  ekonomi, tidak mendapatkan perlindungan dari orang tua karena keluarganya broken home. Mereka ini hanya tinggal dengan kakek, nenek atau om dan tante sehingga perhatian minim. Memilih tinggal di jalan karena rasa aman dan banyak teman bisa saling berbagai,” ujar dia lagi.

“Anak-anak ini seharusnya hidup di lingkungann keluarganya sehingga punya masa depan. Orang tua berperan dalam membangun keluarga yang kuat dan mandiri. Saya lihat banyak orang tua dari anak-anak ini yang belum menikah. Ini  juga salah satu penyebab di dalam keluarga. Sebagai orang percaya kita harus menikah supaya keluarga diberkahi,” tutup Napoleon.

Program penyembuhan anak lem aibon

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kabupaten Manokwari, Maria Rumere mengaku, untuk mengubah hidup anak-anak yang telah terjerumus tidak mudah. Ia meminta dukungan semua pihak.

“Dengan kerja keras, yakin dan kesabaran serta kasih sayang yang diberikan secara perlahan anak-anak ini pasti mampu melepaskan ketergantungan dari kecanduan lem aibon,” ucapnya di sela lepas sambut dan syukuran kepala DP3AKB, Jumat pekan lalu.

Diakui Maria Rumere, perhatian baik dari keluarga dan lingkungan menjadi hal krusial yang mendorong anak-anak terjerumus ke hal-hal yang negatif.

“Kami meminta dukungan Pemkab Manokwari dan masyarkat serta keluarga dari anak-anak ini dapat bekerjasama, sehingga mereka yang sudah mulai kembali sediakala agar tidak kembali menjadi pecandu lagi,” tutur Maria Rumere. (RBM/MKD)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *